DEPOK, Exposenews.id – Bayangkan sebuah danau yang seharusnya asri, justru berubah menjadi tempat pembuangan sampah terpanjang! Itulah pemandangan miris yang langsung menyambut setiap pengunjung di perairan Situ Cilodong, Kalibaru, Kota Depok, pada Rabu (17/9/2025). Alih-alih melihat pemandangan air jernih, yang ada justru tumpukan sampah membentang luas dan sangat merusak suasana tenang yang biasanya banyak dikunjungi para pecinta memancing. Lebih parah lagi, berdasarkan pemantauan langsung di lokasi, gundukan sampah tersebut sebagian besar terkonsentrasi di sisi timur danau, yang mana posisinya sangat dekat dengan jalan setapak selebar tiga meter di pinggir situ. Bahkan, diperkirakan panjang tumpukan sampah ini mencapai 10-15 meter dengan lebar sekitar 2-3 meter, sehingga benar-benar terlihat seperti pulau kecil dari limbah.
Situ Cilodong dan Keranjang Sampah Raksasa yang Menggunung
Tak hanya memprihatinkan secara visual, bau tidak sedap juga langsung menyergap hidung! Sampah-sampah yang menumpuk tersebut sangat beragam, mulai dari kemasan plastik bekas, sisa-sisa makanan, potongan balok kayu, gelas dan mangkuk plastik, hingga batok kelapa dan ban motor yang sudah tua. Ketika kita mencoba berjalan mendekat, bau menyengat dari sampah-sampah itu dengan cepat bercampur dengan aroma khas situ yang amis, sehingga menciptakan polusi bau yang sangat mengganggu. Yang lebih mencengangkan lagi, tepat di bagian bawah tumpukan sampah, terlihat endapan lumpur berwarna cokelat pekat yang membuat kedalaman air menjadi sangat dangkal dan menyerupai genangan kotor. Bahkan, tumpukan sampah juga terlihat menyebar hingga ke luar perairan, yaitu di area depan situ yang berdekatan langsung dengan Jalan Raya Abdul Gani.
Lumpur Bau Menyengat yang Mengancam Ekosistem
Yang paling menyedihkan, kondisi ini ternyata sudah dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan serius! Salah seorang warga setempat, Sarwani (54), memperkirakan bahwa sampah-sampah itu telah mengendap lebih dari 10 tahun. Sarwani kemudian menghitungnya berdasarkan tahun saat ia pertama kali pindah ke rumahnya di dekat situ sekitar tahun 2009. “Wah, kalau sampahnya sudah bertahun-tahun menumpuk di situ. Saya saja sejak tinggal di sini dari tahun 2009, itu sampahnya sudah ada,” ungkap Sarwani, pada Rabu. Bagi Sarwani, pencemaran air ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari setiap kali ia hendak memancing, karena tumpukan sampah terus menumpuk tanpa pernah dibersihkan secara menyeluruh. Bahkan, sampah-sampah itu telah melebur bersama lumpur yang kini mengendap dan menyatu dengan dasar perairan. “Itu kan tanah yang di bawah sampah juga berasal dari endapan mereka sendiri (sampah terurai). Pernah sampai dangkal banget, kok, kayak genangan,” tutur Sarwani.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
