Bencana Longsor di Sudan Telan Korban Jiwa Hingga Lebih dari 1.000 Orang

Warga Sudan mengungsi dari kamp Zamzam untuk berkumpul di Kota Tawila, Darfur Utara, pada Jumat

KHARTOUM, Exposenews.id – Sebuah tragedi tanah longsor besar-besaran baru saja mengguncang wilayah pegunungan di Darfur, Sudan barat, dan yang mengerikan, bencana ini telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang! Bahkan, yang membuat hati trenyuh, hanya satu orang saja yang berhasil selamat dari musibah dahsyat yang terjadi pada Minggu (31/8/2025) lalu.

Penyebab dan Dampak Kehancuran Total

Tak hanya itu, Gerakan/Tentara Pembebasan Sudan (SLM), yaitu kelompok pemberontak yang menguasai kawasan tersebut, menerangkan bahwa longsor ini dipicu oleh hujan deras yang mengguyur tanpa henti selama beberapa hari. Akibatnya, Desa Tarasin di pegunungan Marra pun mengalami kehancuran total dan luluh lantak akibat terjangan material tanah serta bebatuan raksasa yang meluluhlantakkan segala sesuatu di hadapannya.

“Berdasarkan informasi sementara yang berhasil kami himpun, seluruh penduduk desa, yang kami perkirakan berjumlah lebih dari seribu orang, meninggal dunia. Sangat menyedihkan, hanya satu orang yang selamat dari amukan alam ini,” demikian isi pernyataan resmi SLM yang dikutip dari AFP pada Selasa (2/9/2025). Selanjutnya, mereka menggambarkan longsor di Sudan ini sebagai peristiwa katastropik yang tidak hanya memusnahkan permukiman warga, tetapi juga turut menghancurkan sebagian besar kebun jeruk yang menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat.

Permintaan Bantuan Mendesak untuk Evakuasi

Oleh karena itu, SLM pun secara resmi memohon bantuan dari PBB serta berbagai organisasi kemanusiaan internasional untuk segera bertindak dan mengevakuasi korban-korban yang masih tertimbun di bawah reruntuhan. Di sisi lain, Gubernur Darfur yang mendukung tentara, Minni Minnawi, menegaskan bahwa peristiwa mengerikan ini telah melampaui statusnya sebagai bencana lokal, melainkan sebuah tragedi kemanusiaan yang skalanya sangat masif.

Tragedi yang Melampaui Batas Kemampuan

“Kami dengan sangat memohon kepada semua organisasi kemanusiaan internasional untuk segera turun tangan dan membantu kami. Pasalnya, tragedi yang kita hadapi bersama ini jauh melampaui kemampuan rakyat kami untuk menanggungnya sendiri,” ujarnya dalam sebuah pernyataan resmi yang penuh keprihatinan.

Kendala Akses Akibat Konflik Bersenjata

Sayangnya, di balik semua permohonan bantuan itu, akses menuju sebagian besar wilayah Darfur, termasuk lokasi longsor, masih sangat terbatas dan sulit dijangkau oleh organisasi bantuan internasional. Hal ini terutama disebabkan oleh konflik bersenjata yang masih terus berkecamuk dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Alhasil, kondisi yang sangat memilukan ini membuat distribusi bantuan kemanusiaan menjadi sangat terhambat, padahal kebutuhan para korban yang selamat sangatlah mendesak dan tidak bisa ditunda lagi.

Perlu kita pahami bersama, Sudan hingga saat ini masih terus dilanda perang saudara yang sangat brutal antara tentara pemerintah dengan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Selain itu, pertempuran sengit yang pertama kali meletus sejak April 2023 itu telah menjerumuskan negara di Afrika timur laut ini ke dalam salah satu krisis kemanusiaan terparah yang sedang berlangsung di dunia saat ini.

Peta Kekuatan dan Wilayah Pertikaian

Meskipun tidak terlibat langsung dalam perang tersebut, SLM justru mengendalikan sebagian besar wilayah pegunungan tertinggi di Sudan. Sementara itu, pertempuran antara kubu panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan RSF Mohamed Hamdan Daglo terus berlanjut tanpa henti dan belum ada secercah harapan perdamaian.

Dampak Humaniter yang Sangat Besar

Tahun ini, pasukan Burhan berhasil merebut kembali kawasan Sudan tengah, sementara di lain pihak, RSF masih menduduki sebagian besar wilayah Darfur, termasuk hampir seluruh ibu kota negara bagian kecuali El-Fasher serta sebagian wilayah Kordofan selatan. Dampaknya, pertempuran yang sudah berlarut-larut ini telah menewaskan puluhan ribu orang tak bersalah dan memaksa jutaan warga sipil harus mengungsi untuk menyelamatkan diri.

Krisis Pengungsi Terbesar di Dunia

Bahkan, yang lebih mencengangkan, sekitar empat juta orang tercatat telah mengungsi dari ibu kota Khartoum, sementara total pengungsi internal di Sudan saat ini mencapai angka yang luar biasa, yaitu 10 juta jiwa! Berdasarkan data PBB yang dapat dipercaya, empat juta warga lainnya terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga untuk mencari perlindungan. Oleh sebab itu, lembaga internasional terpercaya itu menyatakan situasi di Sudan sebagai krisis pengungsian dan kelaparan terbesar yang sedang terjadi di dunia saat ini. Dengan demikian, bencana longsor ini ibarat tambahan penderitaan yang semakin memperberat beban rakyat Sudan yang sudah sangat menderita.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com