JENEWA, Exposenews.id – Dalam sebuah pengumuman yang menggemparkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (22/8/2025) secara resmi mendeklarasikan terjadinya kelaparan di Gaza. Yang mengejutkan, ini merupakan bencana kelaparan pertama yang pernah tercatat di kawasan Timur Tengah! Tom Fletcher, koordinator bantuan darurat PBB, dengan tegas menyatakan, “Ini adalah kelaparan, kelaparan Gaza,” seperti dilansir AFP pada hari yang sama. Tanpa ragu, Fletcher langsung menuding Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan ini akibat “penghalangan sistematis” terhadap pengiriman bantuan ke wilayah Palestina yang sudah hancur berantakan oleh perang.
Bantahan Keras dari Israel
Namun, pihak Israel membantah keras laporan PBB ini. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan berang mengecam laporan tersebut sebagai “dusta terang-terangan”. Sementara itu, kementerian luar negerinya dengan tegas menegaskan, “Tidak ada kelaparan di Gaza”.
Standar Kredibel di Balik Penilaian Kelaparan
Lalu, bagaimana klasifikasi kelaparan ini ditetapkan? Penilaian kelaparan bersejarah di Timur Tengah ini justru berasal dari inisiatif yang sangat kredibel, yaitu Integrated Food Security Phase Classification (IPC). Sebagai informasi, IPC adalah sebuah koalisi pemantau independen yang ditugaskan PBB secara khusus untuk memberikan peringatan dini tentang krisis pangan yang akan terjadi.
Kriteria Mengerikan untuk Mendefinisikan “Kelaparan”
Nah, supaya jelas, kita perlu tahu kriteria apa saja yang mendefinisikan sebuah wilayah mengalami kelaparan. Suatu daerah dinyatakan mengalami kelaparan ketika tiga kondisi tragis ini terpenuhi secara bersamaan: pertama, 20 persen rumah tangga mengalami kekurangan makanan yang ekstrem; kedua, 30 persen anak balita menderita malnutrisi akut; dan ketiga, setidaknya dua dari setiap 10.000 orang meninggal setiap harinya akibat kelaparan total atau kombinasi mematikan antara malnutrisi dan penyakit.
Gambaran Krisis yang Memprihatinkan
Berdasarkan data IPC per 15 Agustus 2025, kondisi mengerikan tersebut telah terjadi di beberapa kegubernuran Gaza. Laporan IPC menyatakan dengan jelas, “Lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza menghadapi kondisi katastropik yang ditandai kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan kematian.” Bahkan, angka mengerikan ini diproyeksikan akan melonjak drastis menjadi 641.000 orang di kegubernuran Deir el-Balah dan Khan Yunis pada akhir September mendatang.
Sebuah Rekor Kelam yang Tercipta
Yang membuatnya semakin bersejarah, IPC menegaskan bahwa ini adalah “pertama kalinya kelaparan secara resmi dikonfirmasi di kawasan Timur Tengah.” Sebelumnya, kelaparan sempat diproyeksikan akan terjadi di Yaman pada 2018, namun tidak pernah dikonfirmasi secara resmi meskipun negara itu dilanda krisis kemanusiaan yang parah.
Akar Permasalahan: Kelaparan “Buatan Manusia”
Lantas, apa sebenarnya penyebab utama tragedi kelaparan di Gaza ini? Tom Fletcher menekankan dengan sangat jelas bahwa kelaparan di Gaza sepenuhnya adalah bencana “buatan manusia”. Konflik yang kembali memanas sejak Juli lalu, ditambah dengan pengungsian massal yang terjadi sejak Maret, serta akses bantuan makanan yang sangat terbatas menjadi pemicu utamanya.
Bantuan Terhambat dan Tuduhan Kejahatan Perang
“Ini adalah kelaparan yang seharusnya bisa kami cegah, jika diizinkan. Namun, kenyataannya, makanan justru menumpuk di perbatasan karena penghalangan sistematis oleh Israel,” jelas Fletcher dengan nada frustrasi di Jenewa. Pernyataan Fletcher ini diperkuat oleh Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, yang menyebut penggunaan kelaparan sebagai metode pertempuran adalah sebuah “kejahatan perang”. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak diadakannya gencatan senjata segera dan akses kemanusiaan penuh ke Gaza. Badan Palang Merah Internasional pun menyatakan bahwa deklarasi kelaparan ini “sangat menghancurkan dan sepenuhnya dapat diperkirakan.”
Tanggung Jawab Hukum Israel
Perlu digarisbawahi, menurut hukum humaniter internasional, Israel sebagai pihak yang menduduki wilayah Gaza berkewajiban secara hukum untuk memenuhi kebutuhan dasar warga sipil di sana.
Korban Paling Rentan: Anak-Anak Gaza
Di tengah semua ini, situasi anak-anak Gaza adalah yang paling memilukan. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengungkapkan sebuah fakta yang menyentuh hati: lebih dari 12 ribu anak di Gaza menderita malnutrisi akut pada Juli lalu. Angka ini meningkat enam kali lipat dibandingkan dengan kondisi pada Januari! “Tanda-tandanya jelas dan memilukan: anak-anak menjadi terlalu lemah untuk menangis atau makan, bahkan bayi-bayi tak berdosa meninggal dunia akibat kelaparan dan penyakit yang sebenarnya bisa dicegah,” ujarnya dengan pilu.
Runtuhnya Sistem Pangan Lokal
IPC juga mencatat bahwa sistem pangan lokal Gaza telah benar-benar runtuh. Sebanyak 98 persen lahan pertanian tidak dapat diakses atau rusak parah. Populasi ternak pun habis, sementara sektor perikanan dilarang total untuk beroperasi.
Klaim Israel vs. Validitas Data IPC
Kondisi ini terjadi meskipun Kementerian Luar Negeri Israel mengklaim bahwa “arus bantuan besar-besaran” telah masuk ke Jalur Gaza dalam beberapa minggu terakhir. Badan pertahanan Israel, COGAT, bahkan menuduh para penulis laporan kelaparan di Gaza bergantung pada data yang parsial dan tidak lengkap. Akan tetapi, Jean-Martin Bauer, selaku direktur analisis keamanan pangan Program Pangan Dunia PBB, membantah tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa metodologi IPC adalah “standar emas” atau “standar tinggi” untuk penilaian krisis pangan global, sehingga validitas datanya tidak perlu diragukan lagi.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com