Exposenews.id – Prajurit TNI Angkatan Laut (AL) menembak nelayan dalam insiden menggegerkan di perairan Palembang! KRI Sutedi Senoputra-378 sedang berpatroli di perairan tenggara Tanjung Jabung pada Sabtu, 12 Juli 2025 ketika melihat tiga kapal nelayan kecil menambatkan tali ke buritan tongkang batu bara.
TNI AL Curigai Aktivitas Ilegal
Laksamana Pertama TNI Tunggul, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), menjelaskan situasinya. “Kami melihat tiga kapal nelayan kecil sedang menambatkan tali di buritan tongkang. Ini memicu dugaan aktivitas ilegal,” tegasnya.
Dari tiga kapal tersebut, KM Aqshal dan KM Aqshal 2 langsung mencoba melarikan diri saat petugas memberi peringatan. KM Aqshal bahkan mengarahkan kapalnya ke KRI Sutedi Senoputra-378!
Tembakan Peringatan Dilepaskan
KRI pun melepaskan tembakan peringatan menggunakan peluru hampa. Karena kapal tetap tak berhenti, dua tim VBSS (Visit, Board, Search, and Seizure) turun untuk mengejar.
Tim VBSS 1 menembakkan peluru karet ke KM Aqshal 2 yang terus melarikan diri meski salah satu awaknya tertembak. Sementara Tim VBSS 2 mengejar KM Aqshal sambil melepaskan 15 peluru karet.
Obat-obatan Ilegal Ditemukan
Petugas berhasil mengamankan KM Aqshal. Tiga dari empat awak kapal mengalami luka ringan akibat peluru karet. Yang mengejutkan, petugas menemukan bekas obat-obatan psikotropika di kapal! Mereka langsung membawa kapal ke Lanal Bangka Belitung untuk proses hukum.
Nelayan Bantah: “Kami Hanya Mencari Ikan”
Rusdianto, kapten kapal yang tertembak, membantah tuduhan TNI AL. Ia mengaku mereka sedang menjaring ikan ketika kapal perang mendekat. Delapan prajurit tiba-tiba menembaki mereka dari speedboat tanpa peringatan.
“Begitu dekat, mereka langsung menembak ke arah kami,” kata Rusdianto masih gemetar.
Yogi (26), salah satu awak kapal, terkena tembakan di leher. Dokter berhasil mengeluarkan peluru melalui operasi, tapi kondisinya masih terlalu lemah untuk bicara.
Prosedur vs Keadilan
TNI AL menegaskan mereka mengikuti Protap Kamla 2009. Mereka memberi peringatan lewat pengeras suara, peluru hampa, baru peluru karet sebagai opsi terakhir.
Namun keluarga korban menuntut keadilan. Mereka minta kasus ini diselidiki secara transparan. Temuan obat-obatan justru memunculkan pertanyaan: Benarkah ini kapal nelayan biasa atau ada agenda tersembunyi?
Insiden ini meninggalkan banyak pertanyaan. TNI AL yakin tindakan mereka benar, sementara nelayan merasa jadi korban. Satu hal pasti: kasus ini butuh penyelidikan adil agar tak ada pihak yang dirugikan.