Berita  

“Bebas Banjir” Cuma Omong Kosong! Warga Ramai Jual Rumah

BEKASI, Exposenews.id – Puluhan warga perumahan subsidi di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, nekat menjual rumah mereka setelah jadi langganan banjir. Bayangkan, dalam 4 bulan terakhir, banjir besar sudah terjadi 3 kali!

“Banyak yang mau jual, sampai puluhan!” ungkap Adam Maulana (29), salah satu penghuni, Jumat (11/7/2025).

Adam mengaku perumahannya memang sering kebanjiran. Tapi yang bikin kesal, marketing dulu menjanjikan lokasi ini “bebas banjir”. Nyatanya? “Banjirnya malah bebas masuk!” sindirnya.

Banjir 3 Kali dalam 4 Bulan, Air Setinggi Atap!

Warga dibuat panik karena banjir datang silih berganti:

  1. Akhir Februari 2025: Air setinggi 1,5 meter!

  2. Maret 2025: Belum selesai bersih-bersih, banjir lebih parah datang lagi—2,5 meter!

  3. 8 Juli 2025: Baru beberapa bulan, air kembali membanjiri rumah warga hingga 2 meter!

“Ini bukan banjir biasa, ini kayak kolam renang dadakan!” kelakar Adam.

Marketing Janji Bebas Banjir, Tapi Faktanya…

Warga merasa dikibuli. Pasalnya, saat beli rumah, marketing dengan bangga bilang lokasi ini “aman dari banjir”. Tapi nyatanya, perumahan ini justru lebih rendah dari Kali Cikarang di dekatnya.

“Setiap kali Bogor kirim air, kami yang jadi korban!” ujar Adam.

Ia curiga, pengembang asal-asalan bangun rumah tanpa survei lokasi dengan benar. “Amdal-nya ada nggak sih? Kok bisa-bisanya bangun di tempat rawan kayak gini?” tanyanya geram.

Warga Protes Pakai Spanduk Kocak Tapi Menohok

Sebelum rencana jual massal, warga sudah pasang spanduk protes sejak Kamis (10/7/2025). Isinya kocak tapi menusuk:

  • “Ini Empang Artra Sea?”** (plesetan dari nama perumahan mewah)

  • “Perumahan Tidak Layak Huni”

  • “Ikan Sepat, Ikan Lele, Ini Perumahan Apa Empang, Lele?”

“Kami capek terus-terusan kena banjir. Mau hidup tenang saja susah!” kata salah satu warga.

Solusi? Warga Minta Pengembang Bikin Turap!

Adam bilang, sebenarnya banjir bisa dicegah kalau pengembang serius. “Bikin turap tinggi di pinggir Kali Cikarang, biar air nggak meluap ke rumah kami!” tegasnya.

Tapi sayang, sampai berita ini tayang, pengembang masih bungkam dan belum memberikan tanggapan.

Nasib Warga: Jual Rugi atau Bertahan di ‘Empang’?

Dilema besar kini menghantui warga:
✔ Jual rumah? Harganya pasti anjlok karena reputasi banjir.
✔ Tetap tinggal? Siap-siap jadi langganan banjir tiap tahun.

“Kami nggak mau bohong ke pembeli kalau nanti jual. Tapi mau gimana lagi? Ini sudah darurat!” ucap Adam frustasi.

Kesimpulan: Janji Marketing vs Realita Pahit

Kasus ini jadi bukti, janji marketing kadang cuma manis di brosur. Warga menuntut:

  1. Pengembang bertanggung jawab dengan mitigasi banjir.

  2. Pemerintah turun tangan memeriksa izin dan AMDAL perumahan.

Kalau tidak? Bisa-bisa perumahan subsidi ini berubah jadi pemukiman kumuh baru!

Exit mobile version