AMBON, Exposenews.id – Harga beras di Kota Ambon tiba-tiba meroket dalam beberapa hari terakhir! Fenomena ini langsung bikin heboh warga, terutama para ibu rumah tangga yang kebingungan memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di sejumlah pasar tradisional, para pedagang terpaksa menaikkan harga beras, baik jenis premium maupun beras Bulog.
Harga Beras Naik Drastis, Pedagang pun Kaget
Pasar Mardika Ambon jadi saksi betapa harga beras melambung tinggi. Fina, salah satu pedagang beras, mengaku kenaikan harga terjadi begitu cepat. “Beras 1 kilogram sekarang paling murah Rp 16.000, yang premium malah bisa mencapai Rp 19.000!” tegas Fina saat kami temui di Pasar Mardika, Kamis (10/7/2025). “Beras Bulog saja naik dari Rp 15.000 jadi Rp 16.000 per kg. Nggak ada lagi yang jual harga lama,” tambahnya sambil menghela napas.
La Salim, pedagang lainnya, membenarkan kenaikan harga ini. “Bulan lalu, beras premium 25 kg masih Rp 320.000. Sekarang, harganya melonjak jadi Rp 420.000!” katanya. Beras Bulog 50 kg juga ikut naik dari Rp 770.000 menjadi Rp 820.000 per karung. “Kita dapat barang dari agen juga sudah lebih mahal, ya mau gimana lagi?” ujarnya sambil mengangkat bahu.
Gak cuma di pasar tradisional, toko modern dan minimarket juga ikut-ikutan naikin harga! Beras premium merek Bulir Mas yang dulu dijual Rp 92.000 untuk ukuran 5 kg, sekarang harganya sama persis. Tapi, untuk ukuran 10 kg naik jadi Rp 174.000, dan 25 kg melonjak ke Rp 440.000. “Semua serba naik, nggak ada yang turun,” keluh seorang kasir di salah satu minimarket.
Warga Keluhkan Hidup Semakin Susah
Ida, seorang ibu rumah tangga, tampak panik saat membeli beras. “Mahal banget, tapi kalau nggak dibeli, keluarga mau makan apa?” ujarnya dengan nada frustrasi. Ia berharap pemerintah segera turun tangan mengendalikan. “Bukan cuma beras, semua kebutuhan pokok naik! Tolong dong, pemerintah lihat kami rakyat kecil,” pintanya.
Pemerintah Diharapkan Segera Bertindak
Kenaikan ini bikin warga Ambon semakin terbebani. Mereka berharap ada intervensi dari pemerintah, baik melalui operasi pasar maupun stabilisasi harga. “Kalau dibiarkan terus, rakyat kecil yang jadi korban,” ujar seorang warga lainnya.