YOGYAKARTA, Exposenews.id – Pasar hewan Munggi di Kapanewon Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, menjadi salah satu pasar ternak terbesar di Bumi Handayani. Setiap hari Kliwon dalam penanggalan Jawa, ribuan orang dari berbagai pelosok Gunungkidul ramai bertransaksi hewan ternak. Nah, hari ini, Senin (2/6/2025), bertepatan dengan hari Kliwon terakhir jelang Idul Adha, suasana pasar pun terlihat semakin semarak.
Ribuan hewan ternak masuk melalui pintu timur pasar. Di sana, sudah tersedia kolam berisi desinfektan untuk mencegah penyebaran penyakit. Sementara itu, di pintu barat, puluhan kendaraan berjejer rapi siap mengangkut penumpangTernyata, para tukang ojek ini tidak hanya mengantar manusia—mereka juga dengan sigap mengangkut kambing-kambing belian para pembeli!
Ya, di sini ada ojek khusus yang siap mengangkut kambing belian para pembeli. Mereka tergabung dalam paguyuban ojek Pasar Munggi dan sudah biasa mangkal setiap hari Kliwon. Untuk memudahkan pengangkutan, para tukang ojek menyiapkan bronjong (keranjang) berwarna hijau. Begitu ada pembeli yang ingin mengangkut kambing, para tukang ojek langsung memasang bronjong hijau itu di jok belakang motor mereka.
Para tukang ojek punya trik unik ketika harus mengangkut dua kambing besar plus satu anak kambing – mereka menambahkan batu pemberat! Mereka menambahkan pemberat berupa batu agar beban di motor tetap seimbang. “Kalau cuma satu ekor, ya saya pangku saja. Pernah sampai Banguntapan, Bantul, saya pangkuin kok,” cerita Sigit Riyanto, salah satu tukang ojek asal Ngeposari, Semanu, yang ditemui di lokasi.
Sigit mengaku sudah lama menjadi ojek kambing, bahkan sejak harga premium masih Rp500 per liter. Menjelang Idul Adha, permintaannya memang meningkat. “Lumayan ramai, tapi tetap tergantung yang mau naik. Sehari paling nggak sampai 10 kali narik,” ujarnya.
Nah, supaya kambing tidak mengamuk selama di perjalanan, Sigit dan kawan-kawannya punya trik jitu. Mereka mengikat keempat kaki kambing saling berkaitan, sehingga hewan itu tidak bisa bergerak banyak. “Ya biar nggak meronta-ronta. Kalau cuma bawa satu ekor plus pemiliknya, kambingnya diikat dan ditaruh di depan,” jelasnya.
baca juga: Porsche Tergulingkan Rush, Satu Keluarga Terkapar di Ruang ICU
Tukang ojek lain, Warsono, menjelaskan bahwa tarifnya fleksibel, tergantung jarak dan jumlah kambing yang diangkut. “Nggak bisa dipatok, Mas. Tergantung jauh dekatnya. Ini baru antar dua ekor ke Karangmojo, bayarnya Rp80.000,” terang pria yang menggunakan motor Honda Win itu.
Harjo Sutrisno, salah satu pengojek lainnya, mengaku hari ini pasar sangat ramai karena momentum Idul Adha. “Kadang yang naik orang, kadang kambing. Harganya ya kira-kira. Rejeki kalau dapat yang dekat tapi bayarnya banyak, sekali narik bisa sampai Rp100.000,” ungkapnya.
Pardi, salah seorang pembeli, memilih menyewa ojek kambing meski sebenarnya punya kendaraan pribadi. “Lebih praktis diojekin, nggak bikin kotor mobil, dan tarifnya juga masih terjangkau,” katanya.
Bambang Edi, pengelola Pasar Munggi, menyebutkan bahwa kunjungan pembeli meningkat hampir 150% jelang hari raya. “Iya, ramai banget dibanding sebelumnya. Waktu wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) sempat sepi,” jelasnya.
Menurutnya, kenaikan harga lebih terasa pada sapi, sedangkan harga kambing relatif stabil. “Stok kambing yang datang banyak, jadi kenaikan harganya nggak signifikan. Lagipula, harga juga tergantung kebijakan pedagang,” pungkasnya.
Dengan segala keunikan dan dinamikanya, Pasar Munggi tetap menjadi pusat transaksi ternak yang tak pernah sepi, apalagi di momen spesial seperti Idul Adha. Para tukang ojek kambing pun terus berinovasi agar layanan mereka tetap efisien dan aman—baik untuk penumpang manusia maupun kambing!