Exposenews.id, Denpasar – Curahan hati (curhat) seorang master of ceremony (MC) wanita yang tidak boleh muncul di panggung di acara yang dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster viral di media sosial. Curhat tersebut diunggah oleh Putu Dessy Fridayanthi dalam Instagram-nya.
“23 tahun pengalaman saya sebagai MC, baru kali ini saya diperlakukan layaknya tahanan atau maling yang tidak boleh muncul di panggung,” tulisnya dalam unggahan itu seperti dilansir detikcom, Minggu (12/9/2021).
“Alasannya apa? Karena acara dihadiri oleh Gubernur Bali. Protokol Gubernur mengatakan ini perintah @gubernur.bali @kostergubernurbali karena MC-nya cewek, jadi tidak boleh tampil cukup suara saja yang terdengar,” imbuh Dessy dalam unggahannya itu.
Dalam acara tersebut, Dessy mengaku tidak diperbolehkan berdiri di belakang tamu undangan untuk membawakan acara. Ia diharuskan membawa acara dari ruangan khusus dan dijaga ketat oleh protokol Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.
“Bahkan untuk berdiri dari belakang tamu undangan pun saya tidak boleh, ruangan tempat saya berbicara ini pintu keluarnya dijaga oleh salah satu protokol @pemprov_bali agar saya jangan sampai keluar,” tulis Dessy.
Dessy menuturkan, sejak kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster, pekerja wanita seperti MC, penyanyi, penari, dan sebagainya sering dibatalkan oleh client/event organizer (EO). Bahkan pembatalan bisa diterima pekerja event wanita sehari atau beberapa menit sebelum acara dimulai.
Alasan pembatalan dilakukan karena Gubernur Bali Wayan Koster akan hadir di acara dan tidak diperbolehkan ada pengisi acara wanita. Dessy pun tampak geram atas adanya peristiwa itu.
“Hello? Kenapa kami pekerja wanita didiskriminasi begini? Apa salah kami bekerja untuk menghidupi keluarga kami??? Sudah berapa puluh acara saya di-cancel karena Gubernur (Bali) hadir???,” tulis Dessy lagi.
“Selama ini saya diam. Kali ini saya tidak bisa diam lagi. Saya merasa tidak diperlakukan manusiawi. Saya berhak untuk bekerja secara halal sesuai profesi saya,” tegas Dessy.
Dessy menegaskan dirinya memposting keluh-kesah itu bukan sebagai ajang untuk mencari panggung. Dia hanya ingin menyuarakan keadilan bagi pekerja wanita.
“Saya cuma mau bilang, dlm hal ini saya sama sekali tidak berniat untuk cari panggung. Saya hanya ingin menyuarakan keadilan bagi kaum saya, kaum wanita, khususnya teman-teman wanita pekerja event di Bali yang tangguh, beretika dan pekerja keras yang telah “tersingkirkan” selama kurang lebih 3 tahun terakhir ini,” kata dia.
Dessy berharap, di situasi pandemi yang sangat sepi akan pekerjaan, kaum wanita dapat terus bekerja sesuai profesi masing-masing. Diberikan ruang, peluang, dan kesempatan yang sama untuk berjuang bersama kaum pria mencari nafkah yang halal secara profesional.
“Khususnya jika nanti acara-acara tersebut akan dihadiri oleh Bapak Gubernur Bali, tolong jangan cancel kami secara sepihak, tanpa alasan yang jelas dan secara mendadak. Satu job yang kami terima itu sangat berarti untuk dapat menyambung roda kehidupan kami yg kian hari kian berat berputarnya,” tutur Dessy.
Dessy pun mengungkapkan rasa terima kasih kepada setiap orang yang sudah mendukung dirinya untuk berbicara mengenai masalah tersebut di ruang publik.
“Teman-teman semua yang baik hati, terimakasih atas support luar biasa dan tiada henti yang telah diberikan kepada saya sejak akhirnya saya berani speak up kemarin. I am so touched. And really appreciated your love and support. Dari yang saya kenal dan gak kenal semuanya memberikan semangat yang positif untuk saya. Terimakasih banyak,” ungkap Dessy.
Pemprov Bali pun buka suara. Kepala Biro Umum dan Protokol Setda Provinsi Bali I Wayan Budiasa mengatakan terkait pelurusan soal peristiwa tersebut sudah sampai ke pimpinan. Nantinya akan ada penjelasan dari satu pintu.
“Informasi sudah sampai di pimpinan. Nanti katanya satu pintu keluar untuk respons itu. Ten (tidak dari biro protokol yang menjelaskan). Satu pintu nanti,” jelasnya, Minggu (12/9).
(RTG)