Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Tak pernah terbayangkan bagi seorang Iin Aprita Sari br Tarigan dapat menjadi seorang guru di Sulawesi Utara. Sebab, Iin hanyalah perantau dari Tanah Karo, Sumatera Utara.
Perempuan kelahiran Tigapanah, 24 April 1994 ini datang ke Sulawesi Utara untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Manado sejak 2012. Seiring dengan waktu dia merasakan menjadi seorang guru adalah panggilan hidupnya.
“Sebelum jadi guru saya pernah coba tes masuk Polwan di 2014, waktu itu saya masih kuliah semester 4. Tapi karena takdir berkata lain saya tidak diizinkan jadi polwan,” kata Iin yang belum lama ini berulangtahun ke-27.
Usai diwisuda sekitar 2016, dia mencoba memasukan lamaran untuk menjadi honorer di SMA Negeri 7 Manado. Ternyata, langkahnya itu berhasil, sehingga dia sempat mengajar di sekolah yang terletak di Teling tersebut.
“Dari setelah lulus kuliah saya coba-coba masukan lamaran untuk honor, dan langsung diterima. Setelah 3 tahun honor ada pembukaan CPNS saya coba masukan lamaran lagi. Puji Tuhan semuanya berjalan lancar dan lulus CPNS di 2019,” cerita Iin kepada Exposenews.id, hari ini.
Dia pun kini mengajar di SMA Negeri 3 Tondano sebagai Guru Bimbingan dan Konseling sampai hari ini.
Menjadi seorang guru yang menghadapi pandemi covid-19, dia tetap enjoy meskipun harus mengajar secara daring. Kata dia, mengajar secara daring memerlukan menjaga pola pikir biar jangan sampai stress.
“Kita sebagai guru juga harus mampu memahami keadaan siswa. Selain itu harus menguasai IT dan mampu menguasai kelas walaupun dalam pembelajaran jarak jauh ini kita sulit mengontrol siswa di rumah,” sebutnya.
Menurutnya, mengunjungi siswa yang bermasalah ke rumah selama pembelajaran jarak jauh sangat diperlukan. Makanya dia pun berharap orangtua dapat bekerjasama secara berkesinambungan dengan guru.
“Tantangan tersebut pasti bisa saya hadapi karena ikhtiar yang baik tak akan dibiarkan oleh Tuhan,” tutupnya sambil mengucapkan selamat hari pendidikan nasional yang jatuh pada hari ini.
(RTG)