Berita  

Polisi dan Disperindag Gelar Pengecekan SPBU Usai Motor Mogok Massal di Lamongan

Exposenews.id – Viral di media sosial, puluhan pengemudi ojek online (ojol) di Lamongan, Jawa Timur, ramai-ramai mengeluhkan motornya yang mendadak mogok. Kemudian, mereka menyoroti satu titik kesamaan: semua motor tersebut baru saja mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite. Akibatnya, hal ini segera memicu spekulasi luas tentang kemungkinan penurunan kualitas Pertalite yang beredar di wilayah tersebut.

Kisah Pilu Ojol dan Pertalite “Biru” yang Mencurigakan

Sebagai contoh, Miftahul Haqi, salah seorang pengemudi ojol, dengan jelas menceritakan pengalaman buruknya. Ia mengungkapkan bahwa motornya tiba-tiba kehilangan tenaga sesaat setelah ia mengisi Pertalite di sebuah SPBU di Lamongan. “Awalnya masih bisa jalan pelan-pelan, tapi ketika sampai Alas Brumbun motor mati total,” kisahnya. Selanjutnya, setelah ia membawa motornya ke bengkel, teknisi menemukan fakta mengejutkan: warna bensin di dalam tangki berubah menjadi hitam kebiruan, bukan kehijauan seperti biasa. Selain itu, filter bensinnya juga terlihat sangat kotor.

Konfirmasi Mekanik: Busi Mati Berjemaah, 50 Motor Ditangani

Di sisi lain, para mekanik di bengkel pun mengkonfirmasi gelombang keluhan serupa. Anas, seorang mekanik di Bengkel Dealer Eka Karunia Motor Lamongan, membenarkan bahwa kasus motor mogok akibat dugaan kualitas Pertalite ini telah mereka tangani selama empat hari berturut-turut.

Menurut penuturannya, gejala yang umum muncul antara lain mesin motor yang “brebet”, sulit dinyalakan, dan kerap tiba-tiba mati di tengah jalan. “Awalnya motor masuk ke bengkel dalam kondisi brebet. Setelah kami cek, businya mati. Begitu kami ganti busi, motor langsung normal kembali,” papar Anas dengan rinci.

Lebih lanjut, Anas menekankan bahwa rata-rata motor yang mengalami gangguan adalah jenis matic. Yang paling mencolok, semua insiden ini terjadi tanpa terkecuali setelah pengisian BBM jenis Pertalite. “Kalau masih ringan, cukup ganti busi saja. Tapi kalau sudah parah, biasanya kami harus ganti fuel pump juga,” tambahnya.

Yang lebih mencengangkan lagi, dalam empat hari terakhir saja, Anas mengaku telah menangani sekitar 50 sepeda motor dengan keluhan yang identik. Bahkan, sejumlah motor baru yang baru saja keluar dari showroom turut menjadi korban. “Bahkan motor yang baru dibeli langsung mogok setelah isi BBM Pertalite. Jadi kemungkinan besar memang dari kualitas bahan bakarnya,” tegasnya.

Polres Bergerak Cepat, Bentuk Tim Khusus Usut Tuntas

Polisi dan Disperindag Gelar Pengecekan SPBU Usai Motor Mogok Massal di Lamongan

Merespon keluhan masyarakat yang semakin santer, Kapolres Lamongan AKBP Agus Dwi Suryanto langsung mengambil langkah tegas. Ia menyatakan akan segera menurunkan tim khusus untuk melakukan pengecekan lapangan secara menyeluruh. “Ini perlu tindakan konkret, tidak hanya sebatas laporan. Kami akan bentuk tim terpadu untuk mengecek penyebab pastinya,” tegas Agus. Namun, pihak kepolisian masih menahan diri untuk tidak mengambil kesimpulan prematur. “Bisa karena kualitas bahan bakar, kondisi sparepart, atau bahkan faktor dari pabrikan motor itu sendiri. Nanti akan kami cek ke bengkel juga,” jelasnya. Selanjutnya, Polres Lamongan akan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta pihak Pertamina. Koordinasi ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap sejumlah SPBU di Lamongan yang telah dilaporkan masyarakat.

Fenomena Pertalite diduga memicu motor mogok ini ternyata langsung berdampak pada pola konsumsi masyarakat. Di SPBU Jetis Lamongan, misalnya, penjualan Pertamax mengalami kenaikan yang sangat signifikan, sementara permintaan untuk Pertalite justru menurun drastis. Andri Risdianto, Kepala Shift SPBU Jetis Lamongan, membenarkan perubahan drastis ini. “Banyak pelanggan beralih ke Pertamax sejak empat hari terakhir. Penjualan Pertalite menurun, sementara Pertamax justru melonjak,” ujarnya. Menurut data yang ia paparkan, penjualan harian Pertamax yang biasanya hanya 2,5 hingga 3 ton per hari, kini melonjak hampir mencapai 4 ton per hari. Sebaliknya, stok Pertalite justru menumpuk dan tidak kunjung habis terjual.

Hasil Sidak Mengejutkan: Standar Dinyatakan Normal, Tapi Ada “Bau Menyengat”

Menyusul viralnya isu ini, Polres Lamongan bersama Disperindag akhirnya melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah SPBU di wilayah Lamongan Kota. Kasihumas Polres Lamongan, Ipda M. Hamzaid, membenarkan kegiatan pengecekan kilat tersebut.

Namun, hasil sidak ini justru mengejutkan banyak pihak. Tim sidak menyatakan bahwa kadar oktan, takaran liter, dan kandungan air pada tangki Pertalite dan Pertamax di SPBU Lamongan masih sesuai dengan standar yang berlaku. “Berdasarkan uji yang dilakukan bersama Disperindag, semua parameter masih sesuai dan tidak ditemukan indikasi pengoplosan,” jelas Hamzaid.

Meski demikian, petugas SPBU sempat mengakui bahwa Pertalite kiriman dari depo Pertamina Tuban dalam sepekan terakhir memiliki bau yang lebih menyengat dari biasanya. Kabar baiknya, pasokan terbaru yang diterima pada 26 Oktober malam disebut sudah kembali normal.

Selain memeriksa SPBU, tim juga mengunjungi sejumlah bengkel motor. Di sana, mereka menemukan fakta bahwa dalam tiga hari terakhir, setiap bengkel menerima 10 hingga 12 pelanggan per hari dengan keluhan motor “mbrebet” pasca mengisi Pertalite.

Polres Lamongan memastikan bahwa sejauh ini tidak ada indikasi BBM oplosan. Namun, koordinasi dengan Pertamina akan terus dilakukan untuk memastikan standar kualitas BBM Pertalite di Lamongan tetap terjaga. Masyarakat pun dihimbau untuk melapor melalui Pertamina Contact Center di nomor 135 jika menemukan hal serupa.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com