Berita  

Mengapa FIFA Berbeda Sikap? Israel Bebas Berlaga, Sementara Rusia Langsung Dihukum

Exposenews.id – Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) justru membiarkan Israel terus bertanding di berbagai turnamen resminya, termasuk Kualifikasi Piala Dunia 2026. Padahal, seruan untuk memboikot Israel akibat agresi militer ke Jalur Gaza sudah bergema di mana-mana. Lebih panas lagi, Komisi Penyelidik PBB secara resmi telah menyatakan bahwa Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Namun, fakta ini rupanya tidak cukup untuk menggoyahkan posisi Israel di peta sepak bola dunia.

Kontras Mencolok: Langsung Hukum Rusia, tapi Bela Israel

Kontras sekali dengan tindakan FIFA pada 2022 lalu! Kala itu, tanpa ragu-ragu FIFA langsung mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada Rusia menyusul invasi mereka ke Ukraina. Sementara untuk Israel, situasinya benar-benar berbeda. Setelah laporan PBB yang menghebohkan itu terbit, timnas Israel justru masih diizinkan berlaga melawan Norwegia pada 11 Oktober dan melawan Italia pada 15 Oktober 2025. Tidak hanya itu, klub-klub Israel juga masih bebas berkeliaran di berbagai kompetisi Eropa di bawah naungan UEFA. Bahkan, berbagai ajang olahraga internasional lainnya pun masih membuka pintu lebar-lebar bagi atlet Israel.

Dalih FIFA: Cuma ‘Isu Geopolitik’, Sepak Bola Harus Menyatukan?

Lantas, apa alasan di balik sikap FIFA yang kontroversial ini? Presiden FIFA, Gianni Infantino, dengan tegas menolak semua seruan larangan untuk Israel. Dengan alasan yang bagi banyak orang terdengar basi, Infantino menjuluki situasi ini sekadar sebagai “isu geopolitik”. Dia berkilah, “Kami berkomitmen untuk menggunakan kekuatan sepak bola untuk menyatukan masyarakat di dunia yang terpecah belah.” Pernyataan ini dia sampaikan dalam pertemuan Dewan FIFA pada 2 Oktober 2025, dan langsung memantik berbagai reaksi.

Analisis Pakar: Ini Cermin Politik Kekuasaan Global dan Campur Tangan AS

Akibatnya, FIFA pun kini menghadapi gelombang kritik pedas mengenai “standar ganda” yang mereka terapkan. Seorang profesor sejarah dari Universitas Georgetown Qatar, Abdullah Al-Arian, dengan lugas menyoroti masalah ini. Menurutnya, sikap FIFA terhadap Israel jelas mencerminkan “impunitas total” yang telah dinikmati negara tersebut selama beberapa dekade. “Badan-badan olahraga sering kali mencerminkan politik kekuasaan global. Mereka hanya mengikuti pola umum, di mana Israel tidak dimintai pertanggungjawaban,” paparnya.

Lebih lanjut, Al-Arian membongkar akar masalahnya. Menurut analisnya, standar ganda ini tidak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS), yang kebetulan menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2026 bersama Meksiko dan Kanada. Dia juga menyoroti hubungan mesra antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden FIFA Gianni Infantino sebagai faktor lain yang memperkuat posisi Israel. “FIFA sebenarnya berada di bawah tekanan besar selama dua tahun terakhir, namun setiap upaya menjatuhkan sanksi terhadap Israel selalu mendapat reaksi cepat dari AS,” tegasnya. “Amerika bahkan tidak segan-segan mengeluarkan ancaman kepada badan-badan olahraga jika mereka berani melanjutkan langkah itu,” tambahnya.

Gelombang Tekanan: Dari Menteri hingga Legenda Sepak Bola Serukan Boikot

Di sisi lain, gelombang seruan untuk memberikan sanksi terhadap Israel justru datang dari berbagai penjuru. Mulai dari pejabat pemerintahan hingga tokoh sepak bola dunia ramai-ramai menyuarakan pendapat mereka. Sebagai contoh, Menteri Olahraga Spanyol, Pilar Alegria, dengan vokal menyatakan bahwa Israel seharusnya mendapat perlakuan yang sama seperti Rusia. “(Israel) telah membunuh lebih dari 60.000 orang, termasuk anak-anak. Sangat sulit memahami mengapa bisa ada standar ganda seperti ini. Dunia olahraga seharusnya bersikap sama tegasnya seperti terhadap Rusia,” protesnya bulan lalu.

Tidak ketinggalan, dunia sepak bola juga diwakili oleh suara legenda seperti mantan kapten timnas Perancis dan Manchester United, Eric Cantona. Sang legenda dengan berani menyerukan agar FIFA dan UEFA segera menanggungkan partisipasi Israel. “FIFA dan UEFA harus menangguhkan pertandingan melawan Israel. Klub-klub di mana pun harusnya berani menolak bermain melawan tim Israel,” serunya saat menghadiri acara penggalangan dana untuk Palestina di London beberapa waktu lalu.

Yang tidak kalah penting, tekanan juga datang langsung dari akar rumput. Ratusan ribu penggemar sepak bola dan kelompok pro-Palestina di berbagai belahan dunia terus-menerus menggalakkan aksi boikot terhadap tim Israel. Aksi protes mereka bisa kita lihat dalam berbagai bentuk, mulai dari membentangkan spanduk kritik, melakukan aksi diam, hingga nekat melakukan invasi lapangan di berbagai stadion. Aksi-aksi ini jelas menunjukkan bahwa suara publik tidak bisa lagi diabaikan begitu saja.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com