Exposenews.id – Media sosial kembali digemparkan oleh sebuah pernyataan yang bikin merinding! Akun Instagram @lambegos*** pada Jumat (10/10/2025) membongkar fakta mengejutkan tentang ancaman tak kasat mata di tengah krisis iklim. Unggahan tersebut menyebut bahwa partikel mikroplastik beracun berukuran 500–1.000 mikrometer kini ikut turun bersama rintikan hujan di Jakarta.
Viral di Medsos, Banyak yang Bestari tapi Ada Juga yang Anggap Hoaks
Klaim “setiap tetesan hujan di Jakarta kini mengandung mikroplastik berukuran 500-1000 mikrometer yang beracun” ini langsung memicu badai debat di kolom komentar. Banyak warganet bersikukuh bahwa fenomena ini benar adanya. Mereka mengaku mengalami sendiri bagaimana air hujan di daerahnya kerap berbusa dan menimbulkan rasa perih di mata. “@_0811” membenarkan, “Bukan di Jakarta doang kayaknya. Tiap hujan di daerah lain juga ada yang berbusa, bikin pedih di mata.” Namun, tak sedikit yang menyambut info ini dengan sinisme dan tuduhan hoaks. Sebagian malah menghubungkannya dengan teori konspirasi, seperti rekayasa cuaca. “@febe_purbodining” berkomentar, “Karena sudah terjadi rekayasa cuaca dengan menyemprotkan racun melalui udara dengan pesawat.”
Peneliti BRIN Konfirmasi, Bukan Hoaks!
Lantas, mana yang benar? Untuk menguak kebenarannya, Muhammad Reza Cordova, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Oseanografi BRIN, memberikan penjelasan yang mengejutkan. Ia membenarkan bahwa air hujan di Jakarta memang sudah terkontaminasi mikroplastik yang bersifat toksik. “Saat itu saya menjadi peneliti utamanya,” kata Reza, menegaskan bahwa ini adalah hasil penelitiannya, bukan sekadar dugaan.
Temuan ini berasal dari studi intensif selama 12 bulan penuh yang telah dipublikasikan di jurnal Science Direct pada Januari 2022. Penelitian ini berhasil mendeteksi partikel mikroplastik dalam setiap sampel hujan yang jatuh di Ibu Kota. Timnya menggunakan rain gauge dan ombrometer untuk mengumpulkan sampel, lalu menganalisisnya dengan teknologi canggih Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengidentifikasi jenis polimernya.
Angka Depositi Mikroplastik di Jakarta Bikin Ngeri
Hasilnya sungguh mencengangkan. Laju deposisi mikroplastik di Jakarta mencapai 3 hingga 40 partikel per meter persegi per hari, dengan rata-rata 15 partikel! Reza juga mengungkapkan bahwa konsentrasi partikel mungil ini justru melonjak saat musim hujan tiba.
Lalu, Apa Benar Hujan Jadi ‘Beracun’?
Soal istilah “hujan beracun”, Reza meminta masyarakat memahami konteks ilmiahnya. “Plastik mengandung aditif seperti ftalat dan BPA, yang dapat bersifat toksik. Selain itu, mikroplastik juga mampu mengikat polutan lain di udara. Jadi, potensi bahayanya nyata, terutama pada partikel berukuran sangat kecil yang bisa terhirup,” paparnya. Namun, ia menekankan bahwa ini tidak lantas membuat setiap tetes hujan jadi racun instan. Bukti toksikologi menunjukkan paparan jangka panjang bisa picu stres oksidatif dan peradangan. “Jadi ini alasan mengapa ilmuwan menyebutnya berpotensi toksik,” jelasnya.
Serat dan Fragmen Plastik Mendominasi
Lalu, jenis mikroplastik apa saja yang mencemari langit Jakarta? Analisis menunjukkan bahwa fiber (serat) dan fragmen pecahan plastik adalah yang paling dominan. Bahan penyusunnya seperti polietilena dan polipropilena, yang umum ditemukan dalam kemasan, pakaian, dan tekstil sintetis. Reza menduga sumber utamanya berasal dari gesekan pakaian, degradasi kemasan sekali pakai, serta debu dari ban dan rem kendaraan. “Kota besar seperti Jakarta sangat rentan,” ujarnya.
Mikroplastik yang jatuh bersama hujan tidak berhenti di udara. Partikel-partikel ini akan terus mengalir ke tanah dan saluran air, dan berpotensi masuk ke dalam sistem air minum jika pengolahannya tidak maksimal. “Paparan kronis bisa menyebabkan stres oksidatif, gangguan metabolik, bahkan masalah pernapasan jika partikel masuk ke alveoli,” kata Reza memperingatkan dampak seriusnya. Data sementara menunjukkan tingkat mikroplastik di Jakarta sebanding dengan kota besar Asia tropis lainnya, namun data nasional masih sangat terbatas.
BRIN Gerak Cepat, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Menghadapi ancaman ini, BRIN tidak berdiam diri. Mereka kini sedang melakukan penilaian risiko terhadap paparan mikroplastik, termasuk efeknya pada kelompok rentan seperti anak-anak. “Pemantauan jangka panjang dan standardisasi metode nasional sangat penting,” tegas Reza. Ia mendorong kolaborasi semua pihak, dari industri hingga rumah tangga. Di level publik, pembersihan basah dan ventilasi HEPA bisa membantu. Sementara di sektor air, sistem filtrasi harus ditingkatkan. Yang terpenting, kita harus tekan penggunaan plastik sekali pakai dan perbaiki sistem pengelolaan sampah. Reza menutup dengan pesan, mikroplastik adalah isu global yang kini nyata di hujan Jakarta, dan pencegahan dini adalah langkah terbaik untuk melindungi diri dari ancaman yang tak kasat mata ini.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com