JAKARTA, Exposenews.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa proses negosiasi alot antara PT Pertamina (Persero) dan para pengusaha SPBU swasta akhirnya menuju ke arah yang menggembirakan. Bahkan, pemerintah menargetkan stok BBM di SPBU swasta akan pulih normal menjelang akhir bulan ini. Kabar baik ini tentu menjadi angin segar bagi kita semua yang mengharapkan kepastian pasokan bahan bakar.
Strategi Baru: Dari Rapat Kompak ke Negosiasi Satu-satu
Lalu, apa sih kunci dari perubahan ini? Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, membeberkan bahwa optimisme tersebut muncul setelah mekanisme negosiasi diubah total. Alih-alih berunding secara beramai-ramai, Pertamina kini menerapkan strategi satu lawan satu dengan masing-masing perusahaan swasta untuk membahas penyediaan base fuel atau BBM murni. “Jadi, masing-masing badan usaha swasta nanti yang berkomitmen langsung dengan Pertamina. Akhirnya, kita enggak satu dikumpul lagi, sekarang masing-masing di-treatment satu-satu. Soalnya, pengalaman sebelumnya begitu digabung, tiga masuk, satu sudah lolos, eh satunya malah mundur,” papar Laode dengan semangat saat ditemui di JICC, Jakarta, pada Rabu (15/10/2025).
Tunggu dulu, ada perkembangan seru lagi nih! Laode segera menambahkan bahwa pertemuan lanjutan yang sangat dinantikan antara Pertamina dan para pengusaha SPBU swasta telah dijadwalkan pada Jumat (17/10/2025) ini. Dia dengan optimis memprediksi pertemuan puncak itu akan melahirkan kesepakatan yang sangat konkret dan bisa langsung dijalanlan. “Mungkin Jumat, insya Allah sudah ada hasil yang lebih nyata. Saya untuk hari Jumat ini jauh lebih optimistis, jadi nanti kita tunggu bersama saja hasilnya,” tambah Laode penuh harap.
Daftar Pemenang dan Tahapan Menuju Pengiriman
Di sisi lain, dari kubu Pertamina, juga muncul sinyal yang sangat positif. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa tiga perusahaan swasta sudah sepakat melangkah lebih jauh untuk pembelian base fuel. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Vivo Energy Indonesia (Vivo), PT Aneka Petroindo Raya (APR) atau BP-AKR, dan PT AKR Corporindo. “Vivo, APR, dan AKR telah menyatakan komitmennya untuk menindaklanjuti pembicaraan teknis dan tahap selanjutnya,” tegas Roberth pada Senin (6/10/2025).
Nah, penasaran kan apa saja poin kesepakatan mereka? Pertamina dan ketiga mitra swastanya telah menyepakati beberapa hal krusial. Pertama-tama, kedua belah pihak menyetujui dokumen pernyataan bersama untuk menjaga good corporate governance (GCG) dan kepatuhan regulasi, yang mencakup pernyataan anti monopoli, anti money laundering, dan anti penyuapan. Selanjutnya, masing-masing SPBU swasta menyampaikan kebutuhan komoditas mereka secara detail, lalu dilanjutkan dengan pembahasan spesifikasi produk, key terms, dan syarat serta ketentuan umum (general terms and conditions/GTC).
Tak berhenti di situ, Pertamina juga akan menyampaikan kembali spesifikasi produk final yang bisa memenuhi syarat semua mitra swasta, termasuk penunjukan joint surveyor untuk dikonfirmasi. Begitu semua pihak setuju, proses pengadaan base fuel akan segera dieksekusi. Setelah itu, Pertamina mengumumkan pemenang pengadaan kepada badan usaha swasta, lengkap dengan detail penyedia kargo, harga terbaik (best price), dan volume kargo. Jika semuanya sepakat, pembicaraan akan naik level ke aspek komersial secara business to business (B2B) dan dilakukan joint inspection.
Dan yang paling bikin semangat, tahap akhir berupa pengiriman kargo pertama diproyeksikan terjadi di minggu ketiga Oktober 2025! Bayangkan, dalam hitungan minggu, masalah stok ini berpotensi besar terselesaikan.
Shell dan Exxon Masih Tertinggal, Koordinasi dengan Pusat Jadi Kendala
Sayangnya, tidak semua perusahaan bergerak secepat itu. Sementara tiga perusahaan lain sudah maju, dua raksasa energi lainnya, PT Shell Indonesia dan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia, masih tertinggal di belakang. Kedua perusahaan ini belum bisa melanjutkan negosiasi pembelian base fuel dari Pertamina. Mereka masih perlu berkoordinasi lebih intensif dengan kantor pusatnya masing-masing. “Shell masih perlu berkoordinasi khususnya untuk pemenuhan compliance vendor, sementara Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan di November karena mereka masih memiliki stok yang tersisa,” jelas Roberth merinci kendala yang dihadapi.
Jadi, secara keseluruhan, langkah-langkah progresif ini menunjukkan komitmen nyata untuk mengatasi tantangan pasokan BBM. Dengan pendekatan negosiasi yang lebih personal dan fokus, harapan untuk stok BBM yang stabil dan normal akhir Oktober semakin nyata! Stay tuned untuk update selanjutnya
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com