Israel Serang Iran, AS Tegaskan Tak Terlibat

banner 120x600

WASHINGTON, Exposenews.id – Dunia dikejutkan oleh kabar gugurnya Panglima Garda Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami, dalam serangan Israel pada Jumat (13/6/2025) dini hari. Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan resmi beberapa jam setelah serangan diluncurkan pada Jumat (13/6/2025) dini hari waktu setempat.

“Malam ini, Israel melakukan aksi unilateral terhadap Iran. Kami sama sekali tidak terlibat, dan fokus utama kami adalah melindungi pasukan AS di wilayah tersebut,” tegas Rubio.

Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Teheran dan sejumlah kota strategis Iran, termasuk Natanz, Isfahan, Arak, Kermanshah, dan Tabriz. Mereka secara langsung membidik fasilitas militer dan nuklir Iran dalam operasi ini.

Serangan tersebut berhasil menewaskan sedikitnya empat pejabat tinggi Iran, termasuk Komandan Garda Revolusi Jenderal Hossein Salami. Selain itu, dua ilmuwan nuklir terkemuka, Mohammad Mehdi Tehranchi dan Fereydoun Abbasi, juga menjadi korban, seperti dilaporkan televisi pemerintah Iran.

Dengan serangan ini, Israel semakin mempertegas sikapnya terhadap program nuklir Iran. Dunia kini menunggu respons Tehran, yang sebelumnya telah berjanji akan membalas dengan keras.

Ledakan juga menelan korban warga sipil di Teheran. Analis meyakini, serangan ini merupakan upaya Israel untuk menghentikan program nuklir Iran.

Iran Ancang Balas Dendam

Juru bicara Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Abolfazl Shekarchi, langsung memberikan respons keras melalui siaran langsung. “Pembalasan pasti akan datang, insya Allah. Israel dan AS akan merasakan pukulan telak,” ujarnya dengan nada penuh ancaman.

Pernyataan ini memicu kekhawatiran baru akan meluasnya konflik di Timur Tengah. Apalagi, serangan terjadi tepat sebelum pertemuan diplomatik penting antara utusan khusus AS, Steve Witkoff, dengan Menlu Iran yang rencananya digelar di Oman pada Minggu depan.

Dua hari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat menyatakan keberatannya atas rencana serangan Israel. Ia menegaskan bahwa perundingan dengan Iran sudah mendekati kesepakatan damai.

“Saya sudah bilang ke Netanyahu, ini bukan waktu yang tepat. Kita hampir mencapai solusi yang bisa menyelamatkan banyak nyawa,” kata Trump kepada media.

AS Evakuasi dan Siaga Penuh

Meski mengklaim tidak terlibat, AS ternyata sudah bersiap-siap. Pemerintahnya mulai mengevakuasi sejumlah kedutaan besar di Timur Tengah dan mengizinkan keluarga militer AS meninggalkan wilayah pangkalan.

Trump beralasan, langkah ini diambil demi alasan keamanan. Ia bahkan memperingatkan bahwa Timur Tengah bisa berubah menjadi “zona berbahaya” dalam waktu dekat.

Sementara itu, kelompok lobi pro-Israel di Washington, AIPAC, memberikan dukungan penuh kepada Israel. “AS harus berdiri di samping sekutunya ketika Israel bertindak melindungi rakyatnya dari negara sponsor teror terbesar di dunia,” tulis AIPAC di platform X.

Reaksi Terbelah di Washington

Aksi militer Israel memicu perdebatan sengit di kalangan politisi AS. Senator Partai Demokrat Jack Reed, yang juga anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat, menyebut serangan ini sebagai “eskalasi sembrono”.

“Keputusan Israel untuk menyerang Iran berisiko memicu kekerasan regional yang lebih luas. Agresi militer bukan solusi,” kritik Reed.

Senator Chris Murphy dari Komite Hubungan Luar Negeri juga menyayangkan langkah Israel. Ia menilai serangan ini sengaja dirancang untuk menggagalkan upaya perdamaian yang sedang dibangun pemerintahan Trump.

“Perang Israel-Iran mungkin menguntungkan Netanyahu secara politik, tapi ini bakal jadi bencana bagi keamanan AS dan kawasan. Kami tidak punya kewajiban ikut perang yang justru membahayakan kami,” tegas Murphy.

Di sisi lain, Senator Partai Republik Lindsey Graham justru bersikap lebih keras. Ia mengancam, jika Iran berani menyerang kepentingan AS, maka AS harus membalas dengan menghancurkan infrastruktur minyak Iran.

baca juga: Israel Serang Iran, Ambisi Damai Trump Kembali Gagal

Analisis: Eskalasi atau Jalan Buntu?

Serangan Israel ini jelas memicu ketegangan baru. Di satu sisi, Iran sudah bersumpah balas dendam. Di sisi lain, AS berusaha menjaga jarak sambil mempersiapkan antisipasi terburuk.

Pertemuan diplomatik AS-Iran di Oman akhir pekan ini jadi penentu. Jika gagal, bukan tidak mungkin krisis ini akan berubah menjadi perang terbuka yang melibatkan banyak pihak.

Satu hal yang pasti: Timur Tengah sekali lagi menjadi ajang pertarungan geopolitik yang penuh risiko. Dan dunia hanya bisa menunggu, siapa yang akan memicu percikan api berikutnya.