Berita  

Operasi Anti-Narkoba Brasil Berakhir Tragis: 132 Orang Tewas

Exposenews.id – Duka menyelimuti Brasil setelah operasi polisi berubah menjadi tragedi kemanusiaan. Jumlah korban tewas dalam operasi besar-besaran di Brasil pada Selasa (28/10/2025) itu melonjak drastis menjadi 132 orang! Data terbaru ini membuat publik tercengang karena angkanya lebih dari dua kali lipat dari laporan awal polisi.

Kantor Pembela Umum akhirnya membongkar fakta mengejutkan ini setelah tekanan dari keluarga korban. Aksi protes mereka sungguh memilukan – puluhan jenazah dibawa ke alun-alun kota sebagai bentuk keputusasaan. Mayat-mayat itu berserakan di atas tanah, menjadi saksi bisu kekerasan yang tak terkira.

Pemandangan mengerikan ini langsung menjadi simbol perlawanan terhadap laporan resmi yang dinilai menutupi fakta. Operasi yang awalnya digembar-gemborkan sebagai kesuksesan ini akhirnya tercatat sebagai penggerebekan paling mematikan sepanjang sejarah Rio.

Padahal, kota metropolitan ini sudah puluhan tahun berperang melawan kriminalitas di permukiman kumuh. Presiden Lula da Silva sendiri dikabarkan shock berat mendengar perkembangan terbaru ini. Bahkan kantor HAM PBB sudah lebih dulu menyuarakan kekhawatiran mereka sebelum angka korban meledak.

Medan Perang di Brasil: Baku Tembak 12 Jam dan Serangan Drone

Suasana mencekam benar-benar terasa di favela Alemao dan Penha. Warga yang menjadi saksi mata menggambarkan keadaan itu seperti zona perang sesungguhnya. Dentuman senjata api tak henti bergema, sementara puluhan bus dibakar untuk menghadang laju pasukan keamanan.

Yang benar-benar di luar dugaan, geng narkoba ternyata menggunakan teknologi modern dalam perlawanan mereka. Drone-drone yang dimodifikasi diterbangkan untuk menjatuhkan bahan peledak ke arah polisi! Taktik canggih ini menunjukkan tingkat perlawanan yang sangat terorganisir.

Merespons kekerasan yang semakin tak terkendali ini, Gubernur Castro dengan tegas menyatakan, “Ini bukan lagi kejahatan biasa, melainkan teror narkotika.” Dia berusaha membenarkan operasi dengan mengklaim persiapan selama dua bulan telah dilakukan.

Pasukan keamanan memang berhasil menangkap otak pemasok narkoba utama Comando Vermelho. Namun keberhasilan ini harus dibayar mahal dengan jumlah korban yang tidak sedikit di kedua belah pihak.

Kontroversi dan Motif Politik di Balik Pengepungan Berdarah

Di balik operasi besar-besaran ini, tersimpan agenda politik yang cukup jelas. Rafael Soares, jurnalis kriminal ternama Brasil, membongkar bahwa timing operasi ini sangat terkait dengan pemilihan lokal tahun depan.

“Operasi dengan korban tewas lebih dari 20 orang sangat jarang terjadi di Brasil,” ungkapnya dengan nada prihatin. “Dan yang terburuk selalu terjadi di Rio.”

Faktanya, Comando Vermelho memang sedang dalam ekspansi besar-besaran untuk merebut wilayah dari rivalnya, PCC. Persaingan antar geng inilah yang memicu kekerasan semakin menjadi-jadi.

Menteri Keamanan Publik Victor Santos mengungkapkan skala operasi yang masif. Sekitar 280.000 penduduk harus merasakan langsung dampak penggerebekan ini. “Ini sudah seperti perang yang sesungguhnya,” tegasnya dengan wajah muram.

Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan polisi bersenjata lengkap menyusuri jalanan favela yang sempit. Pemukiman padat penduduk itu berubah menjadi medan tempur yang mengerikan.

Laporan Akhir: Korban Sipil dan Kritik Pemerintah Federal

Operasi Anti-Narkoba Brasil Berakhir Tragis

Data resmi dari pihak berwenang menyebutkan 115 tersangka dan 4 polisi tewas dalam baku tembak. Namun Menteri Kehakiman Federal, Ricardo Lewandowski, berani membongkar bahwa korban sipil tak bersalah juga berjatuhan.

Identitas para korban hingga kini masih diselimuti kabut misteri. Polisi mengklaim telah menangkap 113 orang termasuk 10 remaja di bawah umur, plus menyita 118 senjata api berbagai jenis.

Pemerintah Federal tidak tinggal diam melihat tragedi ini. Mereka secara terbuka mengkritik keras operasi yang dinilai terlalu brutal dan tanpa koordinasi yang matang. “Pemberantasan kejarah terorganisir membutuhkan perencanaan yang matang,” tegas Lewandowski.

Operasi ini melibatkan 2.500 personel gabungan yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja dan helikopter. Target utama mereka adalah menghentikan ekspansi Comando Vermelho yang semakin merajalela.

Namun geng narkoba tak tinggal diam. Mereka membalas dengan tembakan sporadis dan menggunakan drone mereka sendiri. Pembakaran kendaraan dan pemblokadean jalan semakin mempersulit evakuasi warga.

Baku tembak tak henti selama 12 jam membuat warga terjebak dalam ketakutan. Ratusan keluarga harus mengungsi sementara puluhan lainnya terpaksa bertahan di rumah dengan persediaan makanan yang menipis.

Tragedi ini meninggalkan luka yang dalam bagi masyarakat Brasil. Banyak pihak mempertanyakan efektivitas operasi semacam ini dalam menyelesaikan akar masalah kriminalitas. Sementara itu, keluarga korban masih menunggu keadilan dan transparansi dari pemerintah.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com