Berita  

Petani Tebu Blora Khawatirkan Hasil Panen Pasca-Rusaknya Mesin Giling PT GMM 

BLORA, Exposenews.id – Sebuah kejutan pahit harus diterima oleh para petani tebu di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Bagaimana tidak, mesin giling (boiler) milik PT Gendhis Multi Manis (GMM) di Todanan tiba-tiba berhenti beroperasi! Kondisi ini langsung memicu gelombang kekecewaan massal yang akhirnya mereka luapkan secara langsung kepada Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita, dalam sebuah pertemuan darurat yang sengaja digelar di Ruang Paripurna DPRD Blora, Senin (20/10/2025). Bahkan, suasana semakin mencekam karena pertemuan penting ini juga diramaikan oleh kehadiran seluruh tokoh kunci seperti Bupati Blora Arief Rohman, Ketua DPRD Mustopa, Wakil Ketua Lanova Chandra Tirtaka, serta perwakilan APTRI (Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia) Blora, yang semuanya menyaksikan langsung gejolak kemarahan dan keputusasaan yang meledak di kalangan petani.

Dengan perasaan sedih yang sangat mendalam, salah satu petani dari wilayah Kunduran, Darmadi, secara terbuka mengungkapkan betapa terpukulnya dirinya dan rekan-rekannya. Kekagetan mereka tentu saja sangat beralasan, pasalnya, kabar berhentinya musim giling di GMM datang begitu tiba-tiba. “Rasa duka kami sungguh dalam di saat musim giling GMM ini berhenti. Sebagai petani, kami benar-benar syok,” ujarnya, menggambarkan suasana hati seluruh petani.

Kemudian, ia pun menjabarkan akar kepanikan yang mereka rasakan. Persoalannya bukan hanya soal mesin yang berhenti, melainkan juga tentang nasib hasil kebun mereka yang masih tertinggal. “Jujur saja, sejak GMM berhenti beroperasi, tegakan tebu kami masih sangat banyak. Lalu, dengan kondisi turunnya hujan yang kurang bersahabat, mampukah tebu-tebu itu bertahan?” ujar Darmadi dengan suara lirih penuh kekhawatiran. Kekhawatiran ini sangat nyata, karena hujan yang tidak menentu dapat merusak kualitas tebu yang seharusnya segera digiling.

Oleh karena itu, di tengah kekecewaannya, ia pun secara tegas menyampaikan harapan kolektif para petani. Selanjutnya, ia pun menegaskan bahwa solusi konkret dari pemerintah dan Bulog sangat dinantikan agar musim giling dapat kembali berdenyut pada tahun depan. “Walaupun tahun ini kami merasa berduka, harapan besar kami untuk tahun 2026 adalah GMM bisa buka kembali,” pintanya. Sebagai penutup, ia mengingatkan semua pihak tentang betapa krusialnya peran pabrik tersebut. “Pasalnya, GMM adalah aset vital dan nadi kehidupan kami sebagai petani tebu,” tambahnya dengan penuh keyakinan, meski sorot matanya masih menyisakan keraguan yang dalam tentang masa depan.

Di sisi lain, kemarahan yang lebih menyala justru disampaikan oleh petani dari wilayah Japah, Padiman. Kekesalannya yang sudah memuncak itu ia tuangkan dalam pertanyaan-pertanyaan kritis yang menyentil semua pihak. Dengan nada tinggi dan sorot mata tajam, ia mempertanyakan nasib tebu petani yang masih sangat banyak dan belum sempat digiling. “Harapan kami sebenarnya sederhana, yaitu GMM bisa membeli tebu para petani yang masih tegak, yang luasnya mencapai lebih dari 500 hektar. Tetapi, masa iya mesinnya ujug-ujug bluk (tiba-tiba rusak)?” kata Padiman dengan geram yang terpancar jelas. Pertanyaan retoris ini menyiratkan ketidakpercayaannya bahwa kerusakan ini murni sebuah kecelakaan teknis.

Lebih lanjut, berdasarkan pengalamannya, ia membongkar bahwa masalah ini sebenarnya adalah cerita lama yang terus berulang. Menurut pengamatannya yang detail, kerusakan mesin ini sama sekali bukanlah hal baru di pabrik gula milik BUMN tersebut. “Saya sangat kecewa. Padahal, banyak petani Blora yang selama ini loyal dengan GMM. Kenyataannya, dua tahun belakangan ini mesin sering rusak,” ujarnya, menunjukkan pola yang patut disayangkan.

Sebagai bukti konkret dari keluhannya, ia kemudian memaparkan data sederhana yang sangat memprihatinkan. “Untuk tahun ini saja, pabrik sudah 34 hari tidak melakukan penggilingan.” Akhirnya, dengan raut wajah kecewa yang mewakili ratusan petani lainnya, ia menyimpulkan dampak langsung dari masalah ini. “Kerugian kami terus menumpuk setiap harinya,” keluhnya, menggambarkan beban ekonomi yang kian memberatkan para petani dan keluarganya.

Tidak berhenti di situ, krisis ini juga memicu efek domino yang sangat mengkhawatirkan. Banyak petani yang mulai mempertanyakan komitmen keberlanjutan program tebu nasional. Mereka khawatir bahwa kerusakan berulang ini akan mengganggu stok gula nasional, yang pada akhirnya dapat memicu kenaikan harga di tingkat konsumen. Selain itu, ribuan pekerja harian lepas yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas penggilingan juga terancam kehilangan mata pencaharian. Krisis kepercayaan pun mulai merebak, mengingat ini bukan pertama kalinya petani menghadapi masalah serupa dengan pabrik yang seharusnya menjadi penopang utama perekonomian mereka.

Petani Tebu Blora Khawatirkan Hasil Panen Pasca-Rusaknya Mesin Giling PT GMM 

PT GMM dan Bulog Akui Kesalahan dan Siapkan Langkah Darurat

Menanggapi berbagai keluhan pedas dari para petani, Direktur Operasional PT GMM Blora, Krisna Murtianto, akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara resmi. Di hadapan ratusan petani yang hadir, dengan wajah penuh penyesalan, ia mengakui kesalahan perusahaan. “Dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf sebesar-besarnya atas kerusakan mesin GMM ini,” ucap Krisna dengan suara berat.

Namun, permintaan maaf ini tidak berhenti hanya pada kata-kata belaka. Krisna segera menindaklanjuti dengan menawarkan bantuan praktis sebagai bentuk dukungan nyata. “Sebagai bentuk dukungan nyata, saat ini kami bisa membantu sebatas menyediakan crane dan jembatan timbang untuk mendukung aktivitas darurat petani,” jelasnya lebih lanjut. Meskipun terbatas, langkah ini menunjukkan komitmen mereka untuk tidak tinggal diam.

Sementara itu, dari pihak Perum Bulog, Febby Novita segera mengambil alih inisiatif. Dengan sikap tegas dan penuh wibawa, ia menyatakan kesiapan Bulog untuk mencari solusi terbaik. “Memang, kerusakan mesin ini sama sekali tidak kami harapkan. Namun, kami berjanji akan mencarikan solusi agar tebu tetap bisa terserap,” tegas Febby di hadapan para petani yang menyimak dengan penuh harap.

Solusi konkret pun segera diumumkan untuk meredakan ketegangan. Febby menjelaskan skema darurat yang akan diterapkan. “Untuk itu, kami akan bantu dengan menyediakan crane, truk besar, dan alat timbang supaya tebu bisa dikirim ke pabrik lain terdekat,” paparnya detail. Rencana ini disambut gelombang lega oleh para petani yang selama ini khawatir akan nasib hasil panen mereka.

Tidak berhenti di situ, Febby memberikan jaminan yang lebih komprehensif. Ia menyebut adanya pabrik gula lain di sekitar Blora yang siap menampung tebu petani. “Selanjutnya, meskipun GMM sedang tidak beroperasi, beberapa pabrik gula lain di sekitar Blora masih buka dan siap menyerap tebu petani,” jelasnya memberikan angin segar.

Sebagai langkah strategis, Febby menjanjikan eskalsasi masalah ke tingkat yang lebih tinggi. “Kami pastikan akan membawa persoalan krusial ini ke Direksi,” janjinya dengan penuh keyakinan. Komitmen perbaikan juga ditegaskannya: “Selain itu, dalam waktu dekat, kami akan segera memperbaiki mesinnya.”

Febby menegaskan kembali urgensi penyelesaian masalah ini. “Hal ini sangat penting karena menyangkut penghidupan dan masa depan para petani,” tutupnya dengan komitmen yang kuat. Pernyataan ini sekaligus mengingatkan semua pihak tentang betapa vitalnya masalah ini bagi hajat hidup orang banyak.

Sebagai langkah tambahan, Bulog menyiapkan mekanisme pendukung. Rencana membentuk tim khusus untuk memantau distribusi tebu ke pabrik alternatif pun diumumkan. Tim ini juga akan memastikan proses pembayaran kepada petani berjalan lancar tanpa ada potongan yang merugikan.

Dengan demikian, meski diwarnai kekecewaan mendalam, pertemuan ini setidaknya telah membuka jalan bagi penyelesaian masalah. Harapannya, langkah-langkah darurat yang dijanjikan dapat segera diwujudkan secara nyata. Gunungan tebu tidak lagi menjadi mimpi buruk yang berulang, melainkan berubah menjadi kemakmuran yang berkelanjutan bagi seluruh petani dan perekonomian daerah.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com