Berita  

Pasca Mahasiswa Unud Tewas Jatuh dari Gedung Kampus, Keluarga Pilih Ikhlaskan

Universitas Udayana (Unud), Bali

Exposenews.id – Di sebuah siang yang seharusnya penuh dengan semangat belajar, kampus Universitas Udayana (Unud) justru diselimuti duka yang mendalam. Pada Rabu, 15 Oktober 2025, seorang mahasiswa berinisial TAS (22) meregang nyawa setelah terjatuh dari lantai empat sebuah gedung kampus. Tragedi ini tentu saja menyentak seluruh sivitas akademika.

Keluarga Ikhlas dan Memilih Jalan Damai

Selanjutnya, pihak kepolisian pun angkat bicara. Menariknya, keluarga korban melalui sebuah surat pernyataan tertulis menyatakan keikhlasan mereka. Lebih lanjut, mereka juga memutuskan untuk tidak melaporkan kasus ini secara resmi. Kompol I Ketut Sukadi, Kepala Seksi Humas Polresta Denpasar, menjelaskan, “Terkait dengan kejadian ini, ibu korban mengikhlaskan kematian korban. Keluarga melihat adanya perubahan perilaku pada TAS belakangan ini, sehingga mereka pun tidak melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Semua ini telah mereka lengkapi dengan surat pernyataan keluarga.”

Firasat Sang Bunda: Perubahan Perilaku yang Terabaikan

Selain itu, sang ibu, SKY (48), sebenarnya sudah mencium kejanggalan sejak lima bulan sebelum insiden naas itu terjadi. Ibunya dengan sigap memutuskan untuk datang ke Bali demi menemani putra kesayangannya tersebut. Sayangnya, meski telah melihat perubahan signifikan pada perilaku anaknya, sang ibu tidak pernah membawa TAS untuk menjalani pemeriksaan medis atau konseling psikologis. “Terkait dengan perubahan perilaku tersebut, ibu korban tidak pernah mengajak anaknya untuk berobat atau konsul ke psikolog,” tambah Sukadi mengonfirmasi hal ini.

Saksi Mata: Detik-Detik Menjelang Tragedi

Sementara itu, kesaksian dari seorang saksi mata di lokasi berhasil mengungkap detik-detik menjelang tragedi. Saksi melihat TAS memasuki gedung kampus di lantai empat menggunakan lift. Pada saat itu, wajah TAS terpantau tampak panik dan matanya terus memandang sekeliling area kampus. Kemudian, terlihat pula oleh saksi bahwa TAS kemudian duduk di sebuah kursi panjang di luar ruang kelas. Namun, karena tidak mengenalnya, saksi pun tidak mengajaknya berkomunikasi. Beberapa waktu berselang, terdengarlah kabar mengejutkan tentang seorang mahasiswa yang terjatuh dari lantai empat.

Korban Ditemukan dalam Kondisi Kritis

Begitu kabar jatuhnya TAS tersiar, sejumlah saksi lain yang menyaksikan kejadian itu langsung bergegas memberikan pertolongan. Mereka kemudian membawa TAS dengan cepat ke RSUP Prof Ngoerah. Sayangnya, hasil pemeriksaan medis menunjukkan kondisi yang sangat kritis. Korban mengalami pergeseran dan patah pada tulang pinggul kiri dan kanan, tulang lengan bagian atas patah, dan tulang sendi kanan patah. Tidak hanya itu, tim medis juga menemukan pendarahan pada organ dalam dan tingkat kesadaran TAS yang terus menurun. Akhirnya, pada pukul 13.03 Wita, TAS dinyatakan meninggal dunia.

Isu Perundungan yang Ternyata Salah Kaprah

Di sisi lain, pasca-kematian TAS, masyarakat dihebohkan dengan beredarnya percakapan tidak empati dari sejumlah mahasiswa Unud. Tangkapan layar percakapan itu pun dengan cepat menyebar di media sosial. Namun, berdasarkan hasil rapat koordinasi FISIP dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi, akhirnya terungkap bahwa percakapan nirempati itu terjadi setelah korban meninggal dunia, bukan sebelum peristiwa. Dengan kata lain, konten negatif yang beredar luas itu sama sekali tidak berkaitan dan bukan menjadi pemicu TAS menjatuhkan diri.

Kampus Berduka dan Komitmen Menjaga Lingkungan Aman

Merespon tragedi ini, Rektor Universitas Udayana, Prof Ir I Ketut Sudarsana, menyampaikan pernyataan duka yang mendalam. “Kami sangat berduka atas kepergian salah satu mahasiswa terbaik kami. Universitas Udayana turut merasakan kesedihan yang mendalam bersama seluruh keluarga dan sivitas akademika,” ujarnya. Beliau juga menegaskan komitmen kampus untuk menjadi ruang yang aman, berempati, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Meski percakapan tidak pantas itu terjadi setelah TAS wafat, enam mahasiswa yang terlibat dalam percakapan nirempati tersebut tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Akibatnya, mereka semua diberhentikan tidak dengan hormat dari posisi pengurus organisasi. Melalui akun resminya, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) FISIP Unud memecat empat pengurusnya, yaitu:

  1. Vito Simanungkalit (Wakil Kepala Departemen Eksternal)
  2. Muhammad Riyadh Alvitto Satriyaji Pratama (Kepala Departemen Kajian, Aksi, Strategis, dan Pendidikan)
  3. Maria Victoria Viyata Mayos (Kepala Departemen Eksternal)
  4. Anak Agung Ngurah Nanda Budiadnyana (Wakil Ketua Departemen Minat dan Bakat)

Selain itu, dua mahasiswa lainnya dari organisasi berbeda juga ikut dikenai sanksi:

  1. Leonardo Jonathan Handika Putra (Wakil Ketua BEM Fakultas Kelautan dan Perikanan)
  2. Putu Ryan Abel Perdana Tirta (Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Mahasiswa FISIP Unud)

Pentingnya Mengulurkan Tangan di Saat Sulit

Tragedi TAS ini mengingatkan kita semua bahwa bunuh diri seringkali terjadi ketika seseorang merasa depresi dan tidak memiliki tempat untuk meminta tolong. Oleh karena itu, jika Anda atau orang terdekat mengalami pergumulan batin, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Jangan pernah ragu untuk mencari pertolongan. Layanan konseling dapat menjadi pilihan untuk meringankan beban yang terasa berat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi website Into the Light Indonesia di: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling.