Berita  

Ancaman Harian bagi AS: Shutdown Ancam Perekonomian Senilai Rp 248 Triliun per Hari

Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent mengatakan Shutdown dua pekan membuat ekonomi Amerika Serikat rugi hingga Rp 248,9 triliun per hari

Exposenews.id – Tahukah kamu, shutdown atau penutupan pemerintah federal Amerika Serikat (AS) yang sudah berlangsung dua pekan ternyata bukan main-main dampaknya. Bahkan, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, baru saja mengungkapkan fakta yang bikin merinding: kondisi ini secara brutal mencabik-cabik perekonomian AS hingga sekitar 15 miliar dollar AS atau setara Rp 248,9 triliun. Ya, kamu tidak salah baca, itu kerugian yang terjadi SETIAP HARINYA! (asumsi kurs Rp 16.595 per dollar AS).

Selanjutnya, dalam sebuah konferensi pers yang digelar di sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington, Rabu (15/10/2025), Bessent dengan tegas menyatakan bahwa efek shutdown ini sudah jauh melampaui sekadar gangguan administrasi yang biasa. “Saat ini, shutdown ini mulai memotong otot ekonomi Amerika. Kami dengan percaya diri memperkirakan dampaknya bisa mencapai 15 miliar dollar AS per hari,” ujar Bessent seperti dikutip dari Reuters. Tak hanya itu, ia pun secara langsung mendesak Partai Demokrat untuk segera berkolaborasi dengan Partai Republik guna mengakhiri kebuntuan politik mematikan yang memicu terhentinya sebagian operasi pemerintah federal ini.

Ganggu Momentum Investasi dan Teknologi

Tunggu, ada lagi yang lebih parah! Scott Bessent kemudian membeberkan bahwa penutupan pemerintahan federal ini menjadi penghambat utama di tengah gelombang investasi besar-besaran yang sebenarnya sedang menjamur di AS. Padahal, investasi tersebut merangkul berbagai sektor potensial, termasuk kecerdasan buatan (AI) yang disebutnya masih memiliki ruang pertumbuhan yang sangat luas. “Memang ada permintaan yang tertahan, namun kita tidak bisa memungkiri bahwa Presiden Donald Trump telah berhasil memicu ledakan investasi lewat kebijakannya yang revolusioner,” ujar Bessent dengan semangat dalam acara CNBC yang juga digelar di sela pertemuan IMF dan Bank Dunia. “Jadi, satu-satunya hal yang memperlambat kita saat ini adalah shutdown ini,” tegasnya tanpa ragu.

Lebih lanjut, Bessent meyakinkan semua pihak bahwa kombinasi insentif pajak Partai Republik dan kebijakan tarif impor pemerintahan Trump akan menjaga arus investasi tetap kuat sekaligus menopang pertumbuhan jangka panjang ekonomi AS. “Bayangkan, kita sebenarnya bisa berada di masa keemasan seperti akhir 1800-an saat kereta api berkembang pesat, atau seperti era 1990-an ketika internet dan teknologi kantor mengalami lonjakan luar biasa,” katanya dengan optimisme yang menggebu.

Defisit Turun, Prospek Tetap Dijaga

Namun, di tengah badai ini, ternyata ada secercah harapan! Scott Bessent juga menyoroti perkembangan positif pada posisi fiskal Amerika Serikat. Ia dengan bangga mengumumkan bahwa defisit tahun fiskal 2025, yang berakhir pada 30 September, berhasil ditekan dan menunjukkan penurunan dibandingkan defisit 1,833 triliun dollar AS (sekitar Rp 30.437 triliun) pada tahun sebelumnya. Meskipun laporan tahunan resmi dari Departemen Keuangan AS belum dirilis, Bessent dengan berani memperkirakan rasio defisit terhadap produk domestik bruto (PDB) dapat meluncur turun ke kisaran 3 persen dalam beberapa tahun ke depan.

Sebagai informasi, Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan defisit 2025 turun tipis menjadi 1,817 triliun dollar AS (sekitar Rp 30.162 triliun). Angka ini tercapai meskipun penerimaan bea masuk akibat kebijakan tarif Trump mengalami kenaikan fantastis sebesar 118 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.958 triliun). “Rasio defisit terhadap PDB kini memiliki angka lima di depannya,” ungkap Bessent dengan senyum percaya diri. Kemudian, ketika ditanya apakah angka tersebut memiliki peluang untuk turun hingga ke level “tiga koma”, Bessent dengan tegas menjawab, “Ya, itu masih sangat mungkin untuk dicapai.”

Terakhir, ia menambahkan bahwa target ambisius tersebut dapat diwujudkan jika AS mampu secara konsisten menumbuhkan ekonomi, disiplin dalam mengendalikan pengeluaran, dan tentu saja, menekan belanja pemerintah yang tidak perlu. Jadi, meski diterpa shutdown, semangat untuk pulih dan berkembang tetap menyala!

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com