Exposenews.id – Bayangkan betapa mencekamnya suasana! Lebih dari 10 jam lamanya, jagoan api melahap permukiman padat penduduk di Jalan Gang Langgar 1, Kelurahan Tangki, Taman Sari, Jakarta Barat, pada hari Minggu (28/9/2025). Akibatnya, tanpa ampun, ribuan warga harus rela kehilangan tempat bernaung mereka. Kemudian, berdasarkan pantauan langsung di lokasi dari siang hingga malam, kita bisa menyaksikan kepanikan yang luar biasa. Asap hitam pekat dan bau hangus yang menusuk hidung seketika menyelimuti seluruh area. Sementara itu, para warga yang ketakutan pun berlarian menyelamatkan diri; mereka hanya sempat membawa barang-barang berharga yang bisa dijinjing. Bahkan, banyak keluarga yang hanya mampu mengevakuasi dokumen penting dan segelintir pakaian sebelum akhirnya si jago merah dengan lahapnya merambat dan melahap rumah-rumah di sekitarnya.
Di tengah situasi kacau balau itu, petugas pemadam kebakaran (damkar) tak kenal lelah berjuang mati-matian. Mereka berusaha menaklukkan kobaran api yang sangat licin dan terus berpindah-pindah. Namun demikian, tantangan yang mereka hadapi sungguh berat. Pertama, angin kencang terus menerus menggoyang pergerakan api. Kedua, rapatnya permukiman semi permanen bagai maze yang memerangkap api. Dan yang paling mengejutkan, fenomena lompatan api yang tak terduga-duga terus mempersulit pekerjaan mereka. Hingga akhirnya, pada Minggu malam, beberapa titik api masih terlihat menyala-nyala. Oleh karena itu, proses pendinginan pun terus dilakukan tanpa henti untuk mencegah si jago merah kembali bangkit dari tidurnya.
Fenomena ‘Lompatan Api’ yang Bikin Petugas Kelabakan
Lalu, bagaimana sebenarnya api bisa sedemikian membesar? Menurut Kasi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat, Syarifuddin, warga pertama kali melaporkan kebakaran ini pada pukul 10.04 WIB. Enam menit kemudian, atau tepatnya pukul 10.10 WIB, petugas damkar sudah tiba di lokasi dan langsung turun tangan melakukan pemadaman. Akan tetapi, saat mereka tiba, kondisi api sudah sangat besar dan sulit dikendalikan. Kemudian, pada pukul 11.00 WIB, petugas sempat berhasil melokalisir api dan hampir saja menguasai situasi. Namun sayangnya, tiba-tiba terjadi sebuah kejadian tak terduga. “Api awalnya bisa dilokalisir pukul 11.00 WIB, tapi kemudian ada lompatan api ke RW lain,” ujar Syarifuddin menjelaskan kejadian mengejutkan tersebut.
Selanjutnya, Syarifuddin pun memaparkan lebih detail. Fenomena lompatan api inilah yang justru menjadi biang kerok utama mengapa pemadaman menjadi semakin sulit. Kombinasi antara angin kencang dan rumah-rumah yang berhimpitan membuat api seolah memiliki sayap untuk terbang. Akibatnya, petugas harus berpikir cepat dan mencari strategi baru. “Kami harus membuka jalur baru karena api tiba-tiba membesar ke arah Jalan Tangki,” jelas dia. Dengan kata lain, api tidak hanya bergerak linear, tetapi juga mampu melompat ke area yang sebelumnya dianggap aman, sehingga memperluas area bahaya secara eksponensial.
Duka Warga Taman Sari: Ribuan Jiwa Mengungsi dan Kerugian Mencapai Rp 35 Miliar
Di balik kobaran api, tersimpan duka yang mendalam bagi warga. Berdasarkan data sementara dari damkar, luas area yang habis dilalap si jago merah mencapai lebih dari 10.000 meter persegi. Luasan yang sangat fantastis itu tentu saja berdampak langsung pada ratusan kepala keluarga (KK). “Ada 319 kepala keluarga atau 1.268 jiwa yang terdampak,” kata Syarifuddin dengan nada prihatin. Angka ini menunjukkan betapa besarnya skala tragedi ini. Meski demikian, jumlah pasti bangunan yang hangus terbakar masih dalam proses pendataan yang teliti, mengingat begitu luasnya wilayah yang terdampak bencana ini.
Lalu, berapa besar kerugian material yang harus ditanggung? Dari estimasi awal yang dilakukan, kebakaran hebat di Taman Sari ini ditaksir menimbulkan kerugian materi yang sangat fantastis, yaitu sekitar Rp 35 miliar! Angka yang sungguh di luar dugaan! Untuk mengatasi bencana sebesar ini, petugas pun mengerahkan seluruh sumber daya yang ada. Sebanyak 24 unit kendaraan dan 120 personel dikerahkan untuk memadamkan api dan melakukan pendinginan. Akan tetapi, sekali lagi, dua kendala klasik kembali menghantui: sumber air yang terbatas dan kepadatan permukiman yang ekstrem menjadi penghalang signifikan dalam upaya penyelamatan.
Di tengah segala kerusakan yang ada, ada sedikit kabar yang patut disyukuri. Syarifuddin menambahkan, sampai saat ini korban luka dalam peristiwa kebakaran di Taman Sari hanya bersifat ringan, yaitu berupa sesak napas akibat menghirup asap tebal yang menyelimuti area. “Sudah ditangani oleh Dins Kesehatan. Ada empat korban tambahan, tapi semuanya ringan,” ujar dia meyakinkan. Walaupun begitu, fokus utama petugas saat ini masih tercurah pada pemadaman dan pendinginan di beberapa titik yang dianggap masih kritis dan berpotensi terjadi lompatan api kembali.
Dengan kondisi rumah yang rata dengan tanah, mau tidak mau warga setempat pun terpaksa mengungsi. Sebagian besar dari mereka terpaksa mengandalkan bantuan kerabat atau mengungsi ke fasilitas darurat sementara yang disiapkan. Dengan demikian, puluhan keluarga yang kehilangan segalanya itu harus memulai kehidupan dari nol lagi, menunggu uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak untuk bisa bangkit dari musibah yang menghancurkan ini.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com












