Berita  

Longsor di Lokasi Tambang Batu Ponorogo Tewaskan 2 Penambang

Dua penambang batu kakak beradik di Ponorogo. Tukimun (44) dan Sarno (50), warga Desa Biting, Kecamatan Badegan, Kabuoaten Ponorogo, meregang nyawa setelah tertimbun longsor

PONOROGO, Exposenews.id – Dalam sebuah tragedi yang mengguncang hati, dua penambang batu kakak beradik, Tukimun (44) dan Sarno (50), harus meregang nyawa dengan cara yang sangat mengenaskan. Keduanya merupakan warga Desa Biting, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Perlu Anda ketahui, insiden nahas ini menerpa mereka tepat pada saat mereka sedang berjuang mencari nafkah di bantaran Sungai Dung Gamping, pada Jumat sore (5/9) yang lalu. Peristiwa ini tidak hanya menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, tetapi juga kembali menyoroti betapa berbahayanya praktik penambangan tradisional yang masih mengandalkan tenaga manual tanpa perlindungan memadai.

Aktivitas Mematikan yang Berujung Petaka

Pada mulanya, ketiga penambang tersebut—termasuk Leri Windaryanto (36)—tampak melakukan aktivitas rutin mereka seperti biasa. Akan tetapi, siapa sangka bahwa momen tersebut justru akan berubah menjadi sebuah petaka yang menghilangkan nyawa. Secara khusus, mereka bertiga sedang bersama-sama berusaha menarik sebuah bongkahan batu besar yang masih menempel dengan sangat erat di sebuah tebing yang tingginya mencapai empat meter. Dengan mengerahkan seluruh tenaga manual yang mereka miliki, mereka pun berusaha mengais rezeki dari batu-batu keras yang berhasil mereka angkut.

Longsor Tiba-tiba dan Upaya Penyelaamatan Diri

Tiba-tiba, dan benar-benar tanpa ada peringatan apa pun sebelumnya, malapetaka itu datang menghampiri. Pada detik-detik ketika ketiganya menarik batu besar tersebut dengan kuat, tebing di atasnya justru mengalami keruntuhan secara tiba-tiba. Akibatnya, batu dan pasir pun berhamburan dari ketinggian dengan sangat dahsyat dan menghujani mereka bertiga tanpa ampun. Longsoran material itu begitu cepat dan ganas, sehingga pada akhirnya tidak memberi kesempatan sedikit pun bagi Tukimun dan Sarno untuk bisa menyelamatkan diri. Mereka berdua langsung terhimpit dan terkubur dalam sekejap oleh timbunan material yang sangat berat.

Sementara itu, Leri Windaryanto, yang saat itu kebetulan berada di posisi yang sedikit lebih aman, langsung berusaha menyelamatkan diri dengan sekuat tenaga. Meskipun ia berhasil lolos dari cengkeraman maut, ia sama sekali tidak mampu menolong kedua rekannya yang sudah lebih dulu tertimbun material. Sebagai dampaknya, Leri pun mengalami luka yang cukup serius di bagian kaki dan mengalami shock berat akibat trauma hebat dari kejadian mengerikan yang disaksikannya secara langsung.

Kesaksian Saksi Mata dan Upaya Evakuasi Warga

Mujiono, seorang saksi mata yang melihat kejadian tersebut secara langsung, dengan jelas menggambarkan suasana panik dan mencekam yang terjadi saat itu. Ia bercerita bahwa seluruh warga sekitar langsung berhamburan menuju lokasi kejadian tepat setelah mereka mendengar teriakan minta tolong dari Leri. Dengan hanya berbekal peralatan seadanya, seperti cangkul dan sekop, mereka kemudian bahu-membahu melakukan proses evakuasi secara manual. Sayangnya, tidak ada satu pun alat berat yang bisa didatangkan untuk membantu proses pencarian, sehingga pada akhirnya semua proses harus dilakukan dengan mengandalkan tenaga manusia semata.

Proses Penggalian yang Melelahkan dan Penemuan Jenazah

Proses evakuasi tersebut berlangsung sangat lama dan sangat melelahkan. Warga harus bekerja ekstra keras untuk bisa menggali tumpukan pasir dan batu yang begitu tebal. Lebih dari satu jam mereka berusaha tanpa kenal lelah, hingga akhirnya mereka berhasil menemukan tubuh Takimun dan Sarno dalam kondisi yang sangat memilukan. Keduanya sudah dinyatakan tidak bernyawa dan ditemukan dalam posisi tertelungkup, masih tertimbun oleh material yang sangat berat.

“Kejadiannya sekitar pukul setengah lima sore. Korban selamat minta tolong, lalu warga berdatangan dan mencoba mengevakuasi dua korban,” imbuh Mujiono sambil menghela napas berat. Ia juga menambahkan bahwa suasana duka yang sangat pekat langsung menyelimuti seluruh lokasi kejadian. Semua warga yang turut membantu merasa sangat sedih dan berduka cita yang mendalam atas kepergian dua kakak beradik tersebut.

Penyelidikan Kepolisian dan Penegasan sebagai Kecelakaan Kerja

Sementara itu, pihak kepolisian juga langsung turun tangan untuk menyelidiki insiden tragis ini. Kasatreskrim Polres Ponorogo, AKP Imam Mujali, yang dihubungi secara terpisah, menyatakan bahwa tim Satreskrim telah mendatangi lokasi untuk melakukan olah TKP. Setelah melakukan penyelidikan yang sangat mendalam, kepolisian pun memastikan bahwa kejadian ini murni merupakan sebuah kecelakaan kerja dan sama sekali tidak ada unsur pidana di dalamnya.

“Tidak ada indikasi tindak pidana. Tambang batu ini digarap manual oleh warga tanpa alat berat. Dua korban meninggal dunia, satu lainnya luka ringan. Proses evakuasi memakan waktu sekitar dua jam,” jelas Imam dengan sangat gamblang. Ia kemudian menekankan bahwa pekerjaan tambang manual seperti ini memang memiliki risiko yang sangat tinggi, apalagi jika dilakukan tanpa dukungan peralatan keselamatan yang memadai.

Respons Keluarga dan Penguburan Korban

Keluarga korban, yang langsung dihubungi tak lama setelah kejadian, memilih untuk menerima takdir yang pahit ini dengan lapang dada dan keikhlasan. Mereka secara tegas menolak dilakukannya otopsi karena menganggap peristiwa ini adalah sebuah musibah yang harus diterima sebagai takdir. Selanjutnya, kedua kakak beradik itu kemudian langsung dimakamkan setelah seluruh proses evakuasi dinyatakan selesai, sebagai bentuk penghormatan terakhir dari seluruh keluarga yang ditinggalkan.

Pelajaran Berharga dan Peringatan untuk Semua

Dari seluruh rangkaian peristiwa yang sangat memilukan ini, kita semua bisa mengambil sebuah pelajaran yang sangat berharga tentang betapa berisikonya pekerjaan tambang tradisional. Meskipun pada dasarnya pekerjaan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, aspek keselamatan kerja harus tetap menjadi prioritas utama yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat setempat perlu segera duduk bersama untuk mencari solusi terbaik agar tragedi serupa tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Selain itu, kejadian ini juga harusnya menjadi pengingat untuk kita semua akan pentingnya menerapkan standar keamanan yang lebih baik dalam setiap aktivitas pekerjaan, khususnya di sektor-sektor yang memiliki risiko tinggi seperti pertambangan.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com