ISLAMABAD, Exposenews.id – Sebuah tragedi nasional yang sangat memilukan kembali menyapa Pakistan. Tepat pada hari Selasa (2/9/2025), tiga serangan terpisah secara brutal merenggut nyawa setidaknya 25 orang. Yang paling menyita perhatian dunia, salah satu serangan terjadi tepat di tengah kerumunan demonstrasi politik di Provinsi Balochistan, Pakistan barat daya, menciptakan kepanikan massal dan meninggalkan duka yang mendalam.
TRAGEDI DI TENGAH DEMONSTRASI: 14 TEWAS AKIBAT BOM BUNUH DIRI
Menurut laporan pejabat setempat yang dikonfirmasi, aksi biadab seorang pelaku bom bunuh diri menghancurkan area parkir stadion di Kota Quetta, ibu kota provinsi. Akibatnya, ledakan maut itu secara paksa mengakhiri hidup 14 orang dan melukai puluhan lainnya. Yang memperparah situasi, setidaknya tujuh korban disebut-sebut berada dalam kondisi kritis dan berjuang antara hidup dan mati. Perlu diketahui, momen mengerikan ini terjadi justru ketika ratusan simpatisan Partai Nasional Balochistan (BNP) sedang berkumpul dengan penuh semangat.
Untungnya, Ketua BNP, Akhtar Mengal, baru saja menyelesaikan pidatonya dan telah meninggalkan lokasi sesaat sebelum ledakan dahsyat mengguncang. Sebagai bentuk konfirmasi, ia sendiri kemudian menenangkan para pendukungnya dengan menuliskan pesan singkat, “Saya aman,” melalui akun media sosialnya.
SERANGAN SUSULAN DI PERBATASAN IRAN: 5 PERSONEL PARAMILITER GUGUR
Sementara itu, di tempat lain di Balochistan, teror terus berlanjut tanpa henti. Tepatnya di wilayah yang berbatasan langsung dengan Iran, sebuah bom rakitan yang dipasang secara licik meledak dengan keras saat sebuah konvoi paramiliter melintas. Dampaknya sungguh fatal, lima personel tewas seketika dan empat lainnya mengalami luka-luka akibat serangan yang jelas menargetkan mereka ini.
LATAR BELAKANG: KEKAYAAN ALAM, KEMISKINAN, DAN KETEGANGAN
Sebagai informasi latar belakang, Balochistan sebenarnya merupakan provinsi terbesar dan terkaya akan sumber daya alam di Pakistan. Akan tetapi, ironisnya, daerah ini justru menyandang status sebagai salah satu wilayah termiskin dengan indikator pembangunan manusia yang sangat memprihatinkan. Oleh karena itulah, BNP selama ini secara konsisten mengusung isu peningkatan hak bagi etnis Baloch dan mendorong investasi ekonomi yang lebih merata dan adil.
Tidak bisa dipungkiri, sejak tahun 2014, China telah menanamkan investasi dalam jumlah sangat besar di Balochistan melalui berbagai proyek infrastruktur raksasa yang terhubung dengan inisiatif Sabuk dan Jalan. Namun sayangnya, banyak warga lokal justru merasa bahwa keuntungan dari proyek-proyek megah tersebut lebih banyak dinikmati oleh pihak luar, sementara mereka terus hidup dalam kemiskinan. Alhasil, pasukan keamanan Pakistan masih harus berhadapan dengan pemberontakan yang berlangsung lebih dari satu dekade terakhir. Data yang tercatat pun membuktikan, sepanjang tahun 2024 lalu, kekerasan di provinsi itu melonjak tajam dan berhasil merenggut 782 nyawa.
SERANGAN TERKOORDINASI DI MARKAS MILITER: 6 TENTARA GUGUR
Di sisi lain, pada hari yang sama, gelombang kekerasan juga menerpa Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Di Kota Bannu, enam tentara Pakistan dengan heroik gugur dalam sebuah serangan terkoordinasi yang menargetkan markas paramiliter. Seorang pejabat pemerintah yang identitasnya dirahasiakan untuk alasan keamanan menjelaskan kepada AFP bahwa serangan dimulai ketika seorang pelaku bom bunuh diri menabrakkan kendaraan bermuatan bahan peledak ke gerbang kamp FC. Setelah itu, lima pelaku lain langsung menerobos masuk dan terjadi baku tembak yang sangat intensif.
Pertempuran sengit tersebut akhirnya berlangsung selama 12 jam penuh sebelum keenam penyerang itu berhasil dilumpuhkan oleh pasukan keamanan. Kelompok bersenjata yang menyebut diri mereka Ittehad-ul-Mujahideen Pakistan dengan bangga mengklaim bertanggung jawab atas serangan brutal ini, menunjukkan betapa beraninya mereka.
Berdasarkan catatan mendalam dari AFP, sejak awal tahun 2025 ini saja, lebih dari 430 orang telah tewas akibat aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa. Yang patut disayangkan, mayoritas korban justru berasal dari kalangan pasukan keamanan yang bertugas melindungi negara.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada satu pun kelompok yang dengan terang-terangan mengeklaim serangan bom di Quetta maupun ledakan bom rakitan di perbatasan Iran-Balochistan, meninggalkan teka-teki besar tentang dalang di balik semua kekacauan ini. Situasi ini jelas meninggalkan luka yang dalam dan pertanyaan tentang masa depan perdamaian di Pakistan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com