NEW YORK, Exposenews.id – Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru saja membuat gebrakan besar! Mereka menggelontorkan dana fantastis senilai 8,9 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 144,18 triliun (kurs Rp 16.200) untuk memborong ratusan juta saham Intel. Tak main-main, langkah strategis ini secara resmi menjadikan pemerintah AS sebagai pemegang saham utama di satu-satunya perusahaan Amerika yang masih mampu memproduksi chip canggih di dalam negeri.
Saham Bereaksi Positif, NaiK 6%
Akibatnya, saham Intel langsung menyambut positif kabar bombastis ini. Pada perdagangan Jumat (22/8/2025) waktu setempat di Wall Street, saham perusahaan semikonduktor tersebut melonjak tajam sekitar 6 persen, menunjukkan kepercayaan pasar yang tinggi terhadap langkah pemerintah.
Lutnick: Ini Upaya Perluas Kendali
Selanjutnya, seperti dikonfirmasi oleh CNBC pada Sabtu (23/8/2025), Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah AS telah resmi mengambil alih kepemilikan sebesar 10 persen saham di Intel yang tengah berjuang. Pada dasarnya, langkah ini merupakan upaya terbaru dari pemerintahan Trump untuk memperluas kendali dan pengaruhnya atas korporasi-korporasi kunci Amerika.
Detail Transaksi: Beli di Bawah Harga Pasar
Intel pun kemudian merilis siaran pers resmi yang menjelaskan detail transaksi megah tersebut. Perusahaan mengungkapkan bahwa pemerintah melakukan investasi sebesar 8,9 miliar dollar AS dalam bentuk saham biasa. Lebih detailnya, pemerintah membeli 433,3 juta lembar saham dengan harga 20,47 dollar AS per lembar—sebuah harga yang sengaja ditetapkan di bawah harga pasar saat ini—sehingga memberikan porsi kepemilikan tepat 10 persen.
Sumber Dana: Dari Hibah CHIPS Act
Yang menarik, sumber dana investasi ini berasal dari dua tempat. Sebagian besar, yaitu 5,7 miliar dolar AS, berasal dari hibah program CHIPS Act yang sebenarnya sudah disetujui sejak era Biden namun belum dicairkan. Sisanya, senilai 3,2 miliar dollar AS, bersumber dari program pemerintah lainnya yang khusus dirancang untuk mendukung produksi chip yang aman bagi keamanan nasional.
Trump Soroti Keuntungan Instan untuk AS
Tak ketinggalan, Presiden Donald Trump langsung menyambut kesepakatan ini dengan sorak-sorai. Melalui unggahan di akun Truth Social-nya, Trump menulis dengan bangga, “Amerika Serikat tidak membayar apa pun untuk saham ini, dan nilainya kini sudah meroket menjadi sekitar 11 miliar dollar AS!”. Ia bahkan menegaskan, “Ini adalah kesepakatan yang hebat untuk Amerika, dan tentu saja kesepakatan yang hebat juga untuk INTEL.”
Opsi Tambahan dan Jaminan Otonomi Intel
Sebagai tambahan, pemerintah juga memperoleh opsi khusus (warrant). Opsi ini memberikan hak kepada pemerintah untuk membeli tambahan 5 persen saham Intel jika suatu saat nanti perusahaan tidak lagi menjadi pemilik mayoritas di unit bisnis pabrik chipnya (foundry). Meski demikian, Intel dengan cepat menegaskan bahwa pemerintah AS tidak akan mendapatkan satu kursi pun di dewan direksi maupun hak tata kelola lainnya, sehingga otonomi bisnis perusahaan tetap terjaga.
Komitmen Intel: Teknologi Terdepan Tetap di AS
Di sisi lain, CEO Intel Lip-Bu Tan menyampaikan komitmen penuh perusahaannya. Dalam siaran persnya, Tan mengatakan, “Sebagai satu-satunya perusahaan semikonduktor yang masih melakukan riset, pengembangan, dan manufaktur logika canggih di AS, Intel berkomitmen penuh untuk memastikan teknologi paling maju di dunia tetap dibuat di Amerika.”
Pertemuan Trump-Tan dan Pergeseran Kebijakan Industri
Sebelum pengumuman resmi ini, Trump telah lebih dulu membocorkan kabarnya. Pada Jumat lalu, Trump menyatakan bahwa pemerintah seharusnya mendapat sekitar 10 persen saham perusahaan yang nilai kapitalisasi pasarnya sedikit di atas 100 miliar dollar AS tersebut. Dengan percaya diri, ia mengatakan kepada para wartawan di Gedung Putih, “Mereka (Intel) sudah setuju, dan saya pikir ini adalah kesepakatan yang hebat bagi mereka.” Sebagai bukti keseriusan, pejabat Gedung Putih bahkan menyatakan bahwa Trump dan Tan akan bertemu pada Jumat sore, dan Menteri Lutnick pun membagikan foto kebersamaan mereka.
Pada intinya, langkah ini menjadi contoh paling nyata dari perubahan drastis dalam kebijakan industri AS, di mana pemerintah secara aktif mulai mengambil peran sentral di sektor swasta.
Lutnick: “Kita Harus Dapat Kepemilikan Saham”
Lutnick sendiri dengan gamblang menjelaskan bahwa pemerintah AS memang menginginkan kepemilikan saham di Intel sebagai bentuk imbalan atas dana talangan dari CHIPS Act. Dalam penampilannya di acara Squawk on the Street CNBC pekan ini, ia berkata, “Kita seharusnya mendapat kepemilikan saham untuk dana kita. Jadi, kami akan menyalurkan dana yang sudah disetujui di masa pemerintahan Biden, dan sebagai gantinya kami mendapatkan saham.”
SoftBank Jadi Investor Besar Lainnya
Selain pemerintah, Intel juga berhasil menarik investor besar lainnya di minggu yang sama. Awal pekan ini, raksasa teknologi SoftBank mengumumkan akan menanamkan dana segar sebesar 2 miliar dolar AS ke Intel, yang setara dengan kepemilikan sekitar 2 persen saham perusahaan.
Latar Belakang: Kejar Ketertinggalan dari TSMC
Perlu diketahui, selama beberapa tahun terakhir, teknologi Intel sering dipandang tertinggal dibandingkan dengan pesaing utamanya, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang memproduksi chip untuk para raksasa seperti Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, dan bahkan untuk Intel sendiri.
Proyek Ohio: Dari “Silicon Heartland” hingga Penundaan
Untuk mengejar ketertinggalan, Intel telah menghabiskan miliaran dollar untuk membangun sejumlah pabrik chip canggih di Ohio, sebuah wilayah yang mereka sebut sebagai “Silicon Heartland”. Di situlah, Intel berencana memproduksi chip-chip tercanggihnya, termasuk chip khusus untuk kecerdasan buatan (AI).
Sayangnya, pada Juli lalu, CEO Lip-Bu Tan harus menyampaikan kenyataan pahit melalui memo internal. Ia menyatakan bahwa tidak akan ada lagi “cek kosong” untuk proyek-proyeknya, dan bahwa pembangunan kompleks pabrik di Ohio terpaksa diperlambat menyesuaikan dengan kondisi pasar. Alhasil, pabrik Intel di Ohio kini baru dijadwalkan mulai beroperasi pada 2030, lebih lambat dari rencana awal.
Dana CHIPS Act: Warisan dari Era Biden
Sebelum kesepakatan saham dengan pemerintah, Intel sebenarnya telah mendapatkan angin segar. Pada musim gugur tahun lalu, perusahaan menyatakan telah menyelesaikan kesepakatan hibah senilai hampir 8 miliar dolar AS dari CHIPS and Science Act untuk mendanai rencana pembangunan pabriknya. Adapun UU CHIPS itu sendiri disahkan pada 2022 di masa pemerintahan Biden, menunjukkan kelanjutan sebuah strategi nasional yang lintas administrasi.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com