TOKYO, Exposenews.id – Jepang kini diguncang krisis beras yang luar biasa! Harga beras di “Negeri Sakura” melonjak 99,2% pada Juni 2025 dibanding tahun sebelumnya. Padahal, sebelumnya kenaikan sudah menggila: 92,5% pada Maret dan 98,4% pada April. Bahkan, rekor terparah terjadi di Mei dengan kenaikan 101%! (AFP, 18/7/2025).
Apa Penyebabnya?
Pertama, panen gagal akibat gelombang panas ekstrem dua tahun lalu. Kedua, oknum pedagang nakal menimbun beras untuk meraup untung besar! Belum lagi, kepanikan beli massal tahun lalu setelah pemerintah mengeluarkan peringatan “gempa besar” yang ternyata tak terjadi.
Pemerintah Jepang kelabakan! Mereka pun nekat menguras cadangan beras nasional sejak Februari – padahal kebijakan ini biasanya hanya diaktifkan saat tsunami atau gempa bumi! Sayangnya, upaya darurat ini tetap gagal meredam harga yang terus meroket.
Dampak Politik: Dukungan untuk PM Ishiba Anjlok!
Publik Jepang semakin frustrasi dengan biaya hidup melambung, terutama harga beras. Ditambah lagi, skandal internal partai penguasa LDP makin memperkeruh suasana. Akibatnya, dukungan untuk PM Ishiba jatuh ke level terendah sejak ia menjabat Oktober 2024.
Koalisinya bahkan kehilangan mayoritas di majelis rendah Oktober lalu—kekalahan terburuk LDP dalam 15 tahun! Jajak pendapat terbaru menunjukkan, mereka bisa kalah lagi di pemilu minggu ini. Jika ini terjadi, Ishiba mungkin harus mundur sebelum genap setahun memimpin!
Tekanan Tambahan: Perang Dagang dengan AS!
Krisis beras belum reda, PM Ishiba sudah harus berhadapan dengan tenggat waktu perundingan dagang bersama AS yang semakin mepet. Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 25% untuk impor otomotif Jepang mulai 1 Agustus. Trump ingin perusahaan Jepang beralih produksi ke AS dan membeli lebih banyak produk Amerika.
Ishiba sudah mengirim utusannya, Ryosei Akazawa, ke Washington 7 kali untuk negosiasi. Belum jelas apakah upaya ini berhasil. Hari ini, Ishiba juga akan bertemu Menteri Keuangan AS Scott Bessent—momen krusial sebelum tarif baru berlaku!
Menurut ekonom Tokyo University, Prof. Kenji Sato, lonjakan harga beras bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga bom waktu politik. “Rakyat Jepang sangat sensitif soal harga beras. Jika pemerintah gagal mengendalikannya, kepercayaan publik bisa hancur total,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik Yumi Tanaka memprediksi, jika Ishiba gagal memenangkan pemilu, LDP mungkin akan melakukan reshuffle kabinet atau bahkan mengganti perdana menteri. “Skandal dan inflasi adalah kombinasi mematikan untuk karir politik,” tegasnya.
Apa Solusi Pemerintah?
-
Impor Beras Darurat: Pemerintah berencana mendatangkan beras dari Vietnam dan Thailand.
-
Hukum Anti-Penimbunan: Aturan lebih ketat akan diterapkan untuk menghukum pedagang nakal.
-
Bantuan Subsidi: Rencana tunjangan harga beras untuk keluarga miskin sedang digodok.
Tapi, langkah-langkah ini butuh waktu. Sementara itu, rakyat Jepang harus gigit jari menghadapi harga beras termahal dalam sejarah!
Bagaimana Nasib Ishiba? Tentukan Sendiri di Pemilu!
Pemilu akhir pekan ini jadi ujian hidup-mati bagi Ishiba. Jika koalisinya kalah, ia akan jadi PM tersingkat dalam dekade terakhir. Tapi jika menang? Tantangan berat masih menanti: menstabilkan harga beras, negosiasi dengan AS, dan memulihkan kepercayaan publik.