MOSCOW, Exposenews.id – Presiden Rusia Vladimir Putin baru saja membuat gebrakan besar! Pada Senin (7/7/2025), ia menandatangani dekrit yang mempermudah warga negara asing untuk bergabung dengan militer Rusia. Tak perlu menunggu situasi perang, kini siapa pun dari luar negeri bisa mendaftar bahkan saat masa mobilisasi. Bahkan, orang-orang dengan keahlian khusus diperbolehkan bekerja langsung untuk badan intelijen seperti SVR atau FSB!
Sebelumnya, aturan sangat ketat—warga asing hanya boleh jadi tentara Rusia dalam kondisi darurat militer. Saat invasi ke Ukraina dimulai September 2022, aturan ini tetap berlaku. Namun, alih-alih memenuhi target, kebijakan mobilisasi parsial justru bikin lebih dari 261.000 warga Rusia kabur ke luar negeri!
Nah, Putin tak mau kejadian itu terulang. Lewat dekrit barunya, ia melonggarkan syarat untuk rekrutmen tentara asing. Euronews melaporkan, perubahan ini bisa jadi solusi agar Rusia tak perlu lagi mengandalkan wajib militer paksa.
Keputusan ini muncul di saat yang tepat! Pasalnya, serangan Rusia ke Ukraina semakin gencar belakangan ini. Dengan membuka pintu bagi tentara asing, Kremlin bisa memperkuat pasukan tanpa harus memaksa warganya sendiri.
Ingat wajib militer musim semi lalu? Rusia memanggil 160.000 orang—jumlah terbesar dalam 14 tahun! Tapi itu belum cukup. Menurut laporan Kementerian Pertahanan Inggris, sejak April 2023 hingga Mei 2024, Rusia sudah merekrut lebih dari 1.500 tentara asing!
Mayoritas rekrutan berasal dari Asia Selatan dan Timur (771 orang), disusul eks-Uni Soviet (523), dan Afrika (72). Apa daya tariknya? Ternyata, iming-iming gaji besar dan kesempatan dapat kewarganegaraan Rusia!
Intelijen Inggris juga ungkap fakta menarik: Moskow jadi pusat rekrutmen utama karena bonusnya lebih tinggi dan akses internasionalnya mudah. Mereka prediksi, Rusia akan terus cari tentara asing untuk tutupi kerugian di medan perang—tanpa perlu gelombang mobilisasi baru.
Jadi, buat warga asing yang pengin dapat duit dan paspor Rusia, sekaranglah kesempatannya! Tapi siap-siap juga hadapi risiko besar, ya. Soalnya, perang di Ukraina masih panas dan korban terus berjatuhan.