JAKARTA, Exposenews.id – Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB) memang menawarkan pemandangan memukau, tapi di balik keindahannya, tersimpan bahaya yang tak bisa dianggap remeh. Salah satu titik paling menantang adalah Cemara Nunggal, jalur terjal yang diapit jurang dalam dan batuan tidak stabil. Lokasi ini kini menjadi sorotan setelah pendaki asal Brasil, Juliana (27), dilaporkan terjatuh di sana.
Cemara Nunggal: Jalur Maut yang Bikin Pendaki Bergidik
Banu Adikara, pendaki asal Jakarta yang pernah menaklukkan Rinjani pada 2017, masih ingat betul bagaimana menegangkannya melewati Cemara Nunggal di kegelapan dini hari. “Ini parah banget, kanan ada kawah, kiri jurang dalam. Jurangnya aja lebih dari 500 meter! Saya jalan pelan-pelan, pakai buff, kacamata, dan senter,” cerita Banu.
Dia dan rekannya memulai pendakian dari Desa Bawak Nao, lalu mendirikan tenda di Plawangan Sembalun. Mereka memulai summit pukul 02.00 dini hari dan tiba di Cemara Nunggal sekitar pukul 04.30. Saat itu, kondisi gelap gulita dan angin bertiup kencang. “Saya pernah lihat bule nangis di situ. Dia bilang, ‘Aku nggak mau mati di sini!’” ungkap Banu.
Medan Berbahaya yang Bisa Menyesatkan
Riyan Setiawan, pendaki lain asal Jakarta, membenarkan betapa ekstremnya jalur ini. Menurutnya, medannya terjal, berbatu, dan minim penerangan. “Summit biasanya dimulai jam 2 atau 3 pagi. Jalurnya nggak jelas, kadang melebar, bisa bikin pendaki salah arah kalau nggak fokus,” jelas Riyan.
Bayu Adji, yang juga pernah mendaki Rinjani, menambahkan bahwa jalur menuju puncak sangat sempit dan berbatasan langsung dengan jurang menghadap Segara Anak. “Saya naik dari Sembalun, camp di Plawangan, lalu summit jam 2 pagi. Jalurnya berpasir dan sempit, sebelahnya jurang. Puncaknya sendiri cuma muat beberapa orang, jadi harus antre,” cerita Bayu.
Tragedi Juliana: Jatuh di Tebang 500 Meter
Gunung Rinjani (3.726 mdpl) memang jadi favorit pendaki lokal maupun mancanegara. Namun, tantangan terberatnya ada di jalur Plawangan Sembalun menuju puncak, khususnya di Cemara Nunggal. Sayangnya, inilah tempat Juliana terjatuh pada Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 06.30 WITA.
Tim SAR gabungan akhirnya menemukannya pada Senin (23/6/2025) pagi menggunakan drone thermal. Juliana terlihat tersangkut di tebing sedalam 500 meter dalam kondisi tidak bergerak. Namun, proses evakuasi terhambat medan ekstrem. Dua overhang besar menghalangi pemasangan jangkar, sehingga tim harus menarik kembali personel dan beralih ke teknik climbing vertikal.
Kemarahan Netizen Brasil: “Where is Juliana?”
Insiden ini memicu gelombang protes dari warga Brasil. Ribuan komentar membanjiri akun Instagram Presiden RI Prabowo Subianto, baik di @prabowo maupun @presidenrepublikindonesia. Mereka menuntut penyelamatan segera.
“WHERE IS JULIANA? Why are you lying about her rescue?” tulis @carolinablini.
“President, please! Save Juliana! ????????,” desak @eukamillamaia.
Komentar bernada serupa, yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Portugis, mencapai lebih dari 11.000 unggahan dan menjadi sorotan publik Indonesia.
baca juga: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia di ASEAN U23 Championship 2025, simak lengkapnya!
Gunung Rinjani tetap menjadi destinasi impian para pendaki. Namun, kisah Juliana dan pengalaman pendaki lain membuktikan bahwa keindahannya tak boleh membuat kita lengah. Jalur ekstrem seperti Cemara Nunggal butuh persiapan matang, fisik prima, dan mental baja.
Sementara tim SAR terus berupaya mengevakuasi Juliana, insiden ini menjadi pengingat bagi semua pendaki: alam bisa memberi keindahan, tapi juga bahaya yang tak terduga.