Carlos Cuesta, Pelatih Parma 29 Tahun: Sensasi Murid Mikel Arteta yang Siap Guncang Serie A

Exposenews.id – Parma resmi memperkenalkan Carlos Cuesta sebagai pelatih kepala baru mereka di usia yang terbilang sangat muda, 29 tahun. Bayangkan, saat ia lahir pada 1995, Antonio Conte masih berseragam Juventus, sementara Massimiliano Allegri aktif membela Cagliari. Kini, Cuesta siap memimpin Parma setelah menggantikan Cristian Chivu, dengan segudang pengalaman sebagai asisten Mikel Arteta di Arsenal.

Dari Arsenal ke Parma: Langkah Berani Sang Protegé Arteta
Parma tak ragu memberikan tongkat komando kepada Carlos Cuesta, yang sebelumnya menghabiskan lima tahun sebagai asisten pelatih Arsenal. Pada Kamis (19/6/2025), klub berjuluk Il Crociati itu mengumumkan kontrak dua tahun untuknya hingga 2027. Cuesta, yang lahir di Palma de Mallorca, Spanyol, juga pernah membuktikan kemampuannya di akademi Juventus sebelum bergabung dengan Arsenal.

Tak lupa, ia menyampaikan penghormatan mendalam kepada mentornya, Mikel Arteta, lewat unggahan Instagram. “Terima kasih atas kepercayaanmu, atas kesempatan belajar di sisimu, dan terutama karena kau mengajarkanku arti keberanian,” tulisnya. “Kau bukan hanya pelatih brilian, tapi juga pemimpin dan manusia luar biasa. Setiap pelajaran darimu akan kubawa selamanya.”

baca juga: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia di ASEAN U23 Championship 2025, simak lengkapnya!

Catatan Sejarah: Pelatih Termuda Serie A dalam 86 Tahun
Dengan usia 29 tahun, Cuesta memecahkan rekor sebagai pelatih termuda di Liga Italia sejak 1939. Rekor sebelumnya dipegang oleh Elio Loschi, yang melatih Triestina di usia 29 tahun 9 bulan. Saat musim 2025-2026 dimulai, Cuesta baru akan menginjak 30 tahun, tetapi ia sudah harus bersaing dengan pelatih-pelatih legendaris seperti Gasperini (67 tahun), Sarri (66 tahun), Allegri (57 tahun), dan Conte (55 tahun).

Ironi Usia: Saat Cuesta Lahir, Para Seniornya Sudah Berkiprah
Fakta uniknya, ketika Carlos Cuesta lahir pada 1995, dunia sepak bola Italia sudah diramaikan oleh nama-nama besar yang kini akan jadi rivalnya. Gasperini kala itu melatih tim junior Juventus, Conte masih menjadi pilar Juventus di bawah Lippi, Allegri aktif bermain untuk Cagliari, dan Sarri bahkan sudah memulai karier kepelatihannya di Cavriglia, klub level regional.

Tantangan Besar Menanti
Cuesta tak hanya membawa energi muda, tetapi juga filosofi permainan ofensif ala Arteta. Parma, yang baru promosi ke Serie A, jelas membutuhkan strategi kreatif untuk bersaing. Tantangan terbesarnya? Menghadapi taktik para pelatih senior yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia sepak bola.

Namun, Cuesta sudah membuktikan ketahanan mentalnya. “Saya siap bekerja keras dan membawa Parma ke level tertinggi,” ujarnya penuh keyakinan. Dukungan dari manajemen dan fans Parma juga menjadi modal penting baginya.

Adu Taktik: Muda vs. Pengalaman
Musim depan, Serie A akan menyajikan duel menarik antara generasi muda dan tua. Cuesta, dengan ide-ide segarnya, akan berhadapan dengan skema defensif Allegri, pressing tinggi Sarri, atau serangan balik cepat ala Conte. Apakah ia bisa mengikuti jejak Arteta yang sukses membangun Arsenal, atau justru terhimpit tekanan?

Satu hal yang pasti: Parma telah mengambil risiko besar, tetapi risiko itu bisa berbuah manis jika Cuesta mampu menerapkan semua yang dipelajarinya dari Arteta. “Saya datang bukan untuk sekadar bertahan, tapi untuk menciptakan identitas baru,” tegasnya.

kunjungi MPOSAKTI

Media Italia ramai membicarakan keputusan Parma ini. Sebagian meragukan, tetapi banyak pula yang penasaran dengan gebrakan Cuesta. Fans Parma sendiri antusias menyambutnya, terutama setelah melihat kesuksesan pelatih muda seperti Xabi Alonso di Bayer Leverkusen.

Kini, semua mata tertuju pada Carlos Cuesta. Bisakah ia menjadi sensasi berikutnya di dunia kepelatihan? Jawabannya akan segera terungkap di Serie A musim depan!

Exit mobile version