Exposenews.id – Dewi Astutik, warga Ponorogo, Jawa Timur, yang kini jadi buruan Interpol karena kasus narkoba, ternyata punya rekam jejak yang mengejutkan. Kapolres Ponorogo, AKBP Andin Wisnu Sudibyo, mengungkapkan bahwa Dewi sudah lama menjadi pekerja migran Indonesia (PMI). “Dia sudah lama bekerja di luar negeri,” tegas Andin, Rabu (28/5/2025).
Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan, juga membenarkan hal ini. Menurut KTP-nya, Dewi berdomisili di Dusun Sumber Agung, Desa Balong, Ponorogo. “Dia pernah kerja di Hongkong dan Taiwan,” jelas Gunawan. Namun, kabar terakhir, Dewi mengaku akan bekerja di Kamboja. “Katanya mau ke Kamboja,” tambahnya, Selasa (27/5/2025).
Tapi, keberangkatan Dewi ke Kamboja ternyata mencurigakan. Dia diduga pakai identitas palsu milik keluarganya. Warga setempat justru mengenalnya dengan nama asli PA, bukan Dewi Astutik. “Kalau foto yang beredar, kami kenal sebagai PA. Tapi nama Dewi Astutik, kami tidak tahu,” ujar Sri Wahyuni, warga setempat.
Kapolres Andin juga mengonfirmasi pemalsuan identitas ini. “KTP-nya Ponorogo, tapi identitasnya dipalsukan dari keluarga sendiri,” jelasnya.
Dewi Astutik Terlibat Peredaran Heroin
Nama Dewi Astutik mulai mencuat saat BNN menggagalkan peredaran heroin 2,76 kg di Bandara Soekarno-Hatta pada 24 September 2024. Heroin itu dibawa oleh seorang pria berinisial ZM yang baru tiba dari Singapura. “Heroin itu rencananya akan diserahkan ke SS,” ungkap penyelidik.
BNN kemudian menangkap SS dan menemukan keterlibatan AH, yang ternyata memberi perintah kepada ZM dan SS untuk mengambil heroin dari Dewi Astutik di Kamboja. “AH akhirnya diamankan di Medan,” lapor BNN.
Dewi Astutik: Pemimpin Jaringan Kurir Narkoba Internasional
Dewi bukan sekadar kurir. Dia ternyata bagian dari jaringan Golden Triangle, salah satu sindikat narkoba terbesar di Asia. Perannya? Merekrut dan memimpin kurir-kurir asal Indonesia.
Buktinya, pada 22 Mei 2025, BNN bersama Bea Cukai dan TNI AL menyita 2 ton sabu dari kapal MT Sea Dragon Tarawa di Kepulauan Riau.
BNN berhasil mengungkap keterkaitan langsung keempat awak kapal WNI itu dengan Dewi Astutik.
Temuan ini semakin memperkuat dugaan bahwa Dewi menjadi otak utama operasi narkoba internasional. Para awak kapal tersebut rupanya hanya bagian kecil dari ratusan kurir yang direkrut sindikatnya. “Ini membuktikan jaringan Dewi sangat terorganisir dan punya sistem perekrutan yang masif,” tambah Marthinus.
BNN kini terus mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap seluruh jaringan ini. Setiap tiket, setiap transaksi, dan setiap komunikasi sedang ditelusuri untuk menemukan titik terang lokasi persembunyian Dewi Astutik.
“Dewi Astutik punya peran kunci dalam rekrutmen kurir,” tambah Marthinus.
Yang lebih mengejutkan, jaringan Dewi Astutik sudah menjerat lebih dari 110 WNI sebagai kurir narkoba. BNN mengungkap para kurir ini tertangkap di berbagai belahan dunia, mulai dari Brasil, Ethiopia, India, hingga Kamboja. Tak hanya itu, Thailand dan Korea Selatan juga menjadi negara tempat para kurirnya beroperasi.
Lebih detail lagi, para kurir ini ternyata direkrut secara sistematis oleh Dewi.
Sindikat ini secara licik menjerat warga Indonesia dengan iming-iming pekerjaan menggiurkan di luar negeri. Alih-alih mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan, para korban justru terperangkap dalam jerat sindikat narkoba internasional.
Modusnya selalu sama: Mereka membujuk calon korban dengan tawaran gaji besar dan fasilitas mewah.
baca juga Warga Masalembu Diimbau Laporkan Narkoba Usai Temuan Sabu 35 Kg di Laut
Tim penyidik menemukan modus operandi ini selalu berulang. Pelaku sengaja mengambil alih dokumen perjalanan korban untuk mempersulit mereka melarikan diri.
BNN mengungkapkan bahwa sindikat ini menggunakan taktik intimidasi sistematis. “Korban benar-benar terjebak karena tidak punya dokumen dan takut pada ancaman pelaku,” papar penyidik sembari memperlihatkan bukti transkrip interogasi beberapa korban.
Yang lebih kejam lagi, sindikat ini sengaja memanfaatkan kondisi ekonomi para korban. Mereka menargetkan warga yang sedang kesulitan finansial, lalu menjanjikan kehidupan lebih baik. Padahal ujung-ujungnya, para korban justru berakhir di penjara asing dengan ancaman hukuman berat.
BNN menemukan, sebagian besar korban bahkan tidak menyadari telah membawa narkoba.
“Mereka semua mengaku bekerja untuk Dewi Astutik,” tegas Marthinus Hukom.
Yang bikin geram, modusnya selalu berulang: Dewi memanfaatkan PMI yang butuh pekerjaan, lalu menjadikan mereka kurir tanpa mereka sadari. Akibatnya? Ratusan WNI kini harus mendekam di penjara luar negeri karena ulah sindikat ini.
BNN pun terus melacak pergerakan Dewi, sambil berkoordinasi dengan Interpol untuk menangkapnya. Sebab, selama dia masih bebas, ancaman peredaran narkoba global lewat kurir Indonesia tetap mengintai.
“Mereka semua mengaku bagian dari jaringan Dewi,” paparnya.
Keterkaitan dengan Sindikat Afrika
“Dia punya jaringan luas, termasuk di Afrika,” ungkap sumber BNN.
Interpol secara resmi memasukkan namanya dalam daftar buronan internasional, menandakan betapa berbahayanya jaringan yang dia pimpin.. Interpol pun sudah menerbitkan red notice untuknya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Satu hal yang pasti: kasus ini membuktikan betapa bahayanya sindikat narkoba internasional yang memanfaatkan WNI sebagai kurir.
Baca perkembangan terbaru kasus ini hanya di Exposenews.id!