Oleh: Abubakar Abdullah
Pemeriksa Bea dan Cukai Ahli Pertama pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) Tipe Madya Pabean C Manado
Bea Cukai Manado mempunyai wilayah kerja pengawasan dan pelayanan yang terbentang dari Bolaang Mongondow Utara hingga pulau Miangas. Salah satu kegiatan pengawasan dan pelayanan yang kegiatannnya cukup padat yaitu kegiatan ekspor pada Pos Pengawasan dan Pelayanan kargo Bandar Udara Samratulangi-Manado.
Kehadiran Covid-19 telah membuat situasi ekonomi di seluruh dunia memburuk termasuk Indonesia, kegiatan ekspor dan impor salah satu kegiatan dari sisi Bea Cukai terkena dampak dari Covid-19 ini. Dalam kondisi pandemi saat ini, Kementerian Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan berbagai macam upaya untuk memulihkan perekonomian nasional sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai trade fasilitator.
Wilayah Timur Indonesia khususnya Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah produsen hasil perikanan dan kelautan berkualitas terbesar di Indonesia, dengan potensi yang dimiliki tersebut, produk perikanan dan kelautan dari Sulawesi Utara banyak dilirik oleh konsumen-konsumen dari negara lain yaitu, Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand dan China. Awal bulan Februari 2020 Bea dan Cukai Manado mulai menjajaki dengan melakukan koordinasi dengan instansi Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Manado (BKIPM) maupun pemerintah setempat untuk menggali potensi apa yang bisa dimaksimalkan dalam rangka memulihkan perekonomian nasional di saat pandemi Covid-19.
Menurut data yang kami peroleh bahwa pada tahun 2019 menunjukkan 58% hasil perikanan dan kelautan diekspor ke negara Jepang, tetapi kegiatan ekspor masih dilakukan secara direct shipment ekspor dengan rute Manado- Soekarno Hatta-Jepang yang menurut pengamatan kami kurang efisiensi dari sisi biaya, waktu dan kualitas barang. Secara logika jika kita melihat peta bahwa Manado lebih dekat ke Jepang (6-8 jam Penerbangan) dibanding Manado – Soekarno Hatta -Jepang (12-14 jam penerbangan).
Dengan milihat data yang ada serta untuk mengurai kepadatan kegitan ekspor di pulau Jawa, khususnya Soekarno Hatta / Jakarta maupun Juanda / Surabaya, kami memutuskan untuk mencanangkan ekspor langsung Manado-Jepang yang diawali dengan kegiatan Focus Grouf Discussion (FGD) yang dilakukan pada 5 Maret 2020 di Kantor Bea dan Cukai Manado dengan mengundang semua instansi dan pengguna jasa yang terkait termasuk pihak maskapai.
Dalam pertemuan FGD yang pertama kali itu, kami memaparkan upaya mewujudkan ekspor langsung hasil perikanan dan kelautan melalui Manado – Jepang dengan banyak keuntungan bagi pengusa / eksportir produk perikanan, dan lebih khusus lagi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta FGD serta mendapatkan dukungan yang luar biasa dari BKIPM, Pemprov Sulawesi Utara, dan semua instansi yang terkait.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikan Sulawesi Utara mewakili Gubernur Sulawesi Utara menyampaikan akan mendukung sepenuhnya dan akan memfasilitasi untuk menjadikan Sulawesi Utara hebat. Kami melakukan pemetaan terhadap alasan kenapa ekspor dari Manado-Jepang harus melalui Soekarno Hatta ataupun Bali.
Salah satu alasan dari eksportir yang mengemuka pada saat itu adalah tidak adanya penerbangan langsung dari Manado-Jepang. Sementara alasan dari maskapai adalah tidak adanya penumpang Manado-Jepang, maupun sebaliknya, serta sedikitnya jumlah barang yang diekspor melalui Manado-Jepang, sehingga jika hanya mengandalkan kargo tidak menguntungkan dari sudut pandang Maskapai.
Memang tidak mudah untuk mencapai tujuan, dengan semangat yang berapi-api untuk mewujudkan rencana ini, Pemerintah Kota Manado menerapkan PSBB dengan pertimbangan meningkatnya pasien positif Covid-19, sehingga menyulitkan kami untuk melakukan koordinasi secara langsung.
Tetapi hal itu tidak mematahkan semangat kami untuk mencapai tujuan yang sudah kami sepakati bersama. Kami melakukan berbagai macam cara, akhirnya kami menemukan aplikasi Zoom Meeting yang sangat membantu kami untuk bisa melakukan FGD melalui webinar maupun koordinasi di saat PSBB.
Untuk kegiatan FGD berikutnya dilakukan melalui webinar menggunakan aplikasi Zoom Meeting dengan mengurai dan mencari solusi atas hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, terutama mencari maskapai yang bersedia untuk melakukan penerbangan langsung Manado-Jepang, melakukan koordinasi dengan Kantor Bea Cukai lain di Indonesia Timur yang mempunyai potensi ekspor ikan agar dilakukan melalui Bandara Samratulangi-Manado, walaupun dokumen kepabeanannya sudah diselesaikan di kantor asal barang sehingga kouta ekspor Manado-Jepang sesuai dengan yang diharapkan oleh maskapai.
Entah dapat bisikan dari mana, dalam usaha susah payah memperjuangkan ekspor langsung dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit akibat pandemi Covid-19 ini, tepatnya pada Kamis, 6 Agustus 2020, Presiden RI Joko Wododo dalam Rapat Terbatas (Ratas) mengenai penggabungan BUMN, Presiden menyampaikan bahwa ada delapan bandara internasional menjadi hub dan super hub, salah satunya Bandar udara Sam Ratulangi Manado.
Adapun Bandar Udara yang menjadi hub dan super hub yaitu : Ngurah Rai (Bali), Soekarno Hatta (Jakarta), Kuala Namu (Deli Serdang), Adi Sucipto (Yogyakarta), Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepingan (Balikapapan), Sultan Hasanuddin (Makassar), Juanda (Surabaya), Sam Ratulangi (Manado).
Pernyataan Presiden RI ini secara psikologis menambah semangat kami untuk mewujudkan ekspor langsung. Sejak pernyataan dari Joko Wododo ini kami yakin bahwa tujuan kami akan segera tercapai, karena secara tidak langsung sudah mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah pusat.
Kami menjadi intens untuk melakukan koordinasi kepada semua pihak yang terkait terutama mencari maskapai yang besedia untuk mendukung rencana ini dengan tetap memperhatikan proses bisnis yang menguntungkan maskapai. Setelah sekian kali FGD, berkat usaha dan sinergi semua intansi terkait, stake holder dan dukungan penuh dari Gubernur Provinsi Sulawesi Utara akhirnya PT. Garuda Indonesia merupakan BUMN yang mempunyai komitmen yang sama untuk pertumbuhan ekonomi nasional, dengan perhitungan bisnis yang sangat matang, mereka bersedia memfasilitasi rencana kami dan akan membuka jadwal penerbangan Manado-Jepang dengan pesawat cargo Garuda Airbus tipe A330, dengan memberikan kuota kargo 8 ton untuk Bandara Sam Ratulangi, satu minggu sekali yang dijadwalkan setiap Rabu malam akan dimulai pada 23 September 2020.
Tepatnya pada Rabu pukul 21.30 WITA bertepatan tanggal 23 September 2020, waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua pihak tiba juga, pesawat cargo Garuda Indonesia Airbus tipe A330 dengan nomor penerbangan GIA-8800 yang akan mengangkut barang ekspor perdana Manado-Jepang mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado. Dengan rasa bangga dan terharu yang luar biasa berkat sinergi dan komitmen kita bersama akhirnya dalam jangka waktu 8 bulan dalam kondisi ekonomi yang sulit, tujuan yang sangat mulia ini bisa tercapai.
Launching ekspor perdana bertepatan dengan ulang tahun Provinsi Sulawesi Utara yang ke-56, tak lupa kami membuat acara seremonial dengan mengundang Gubernur Sulawesi utara, Forkopimda Sulut serta semua instansi maupun stake holder yang mempunyai misi dan komitmen yang sama.
Sejak dilaunching sampai dengan tulisan ini dibuat, direct call ekspor Manado – Jepang yang sudah terealisasi hasil perikanan dan kelautan, dan produk pertanian adalah : 93.735,83 kg, dengan nilai devisa ekspor USD 666.464,48. Kami berharap upaya yang dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, salah satunya direct call ekspor ini bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.
(RTG)