Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Pelaku usaha komoditas pertanian di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) kini dapat lebih unjuk gigi dengan meningkatkan kinerja ekspornya ke pasar Jepang. Pasalnya, ekspor langsung atau direct call komoditas pertanian dapat dilakukan melalui Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.
Gubernur Sulawesi Utara melepas direct ekspor perdana ke Jepang komoditas perikanan dan pertanian, Rabu (23/9) kemarin.
Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado mensertifikasi komoditas pertanian asal Sulut berupa labu, bawang merah, sereh wangi, kunyit kencur, lengkuas, daun pandan, vanili, bunga pala, dan lada biji.
Ke-10 komoditas pertanian unggulan Sulut ini dikirim berupa sample langsung ke Jepang dengan menggunakan Pesawat Air Bus Maskapai Garuda Indonesia dengan rute terbang Jakarta-Manado -Tokyo. Selain membawa komoditas pertanian, pesawat tersebut juga mengirim komoditas hasil perikanan seperti Ikan Tuna sebanyak 10 Ton dan 100 Kilogram Ikan Nila sebagai contoh.
“Saya mengapresiasi pencapaian ini, terlebih bertepatan dengan HUT ke-56 Provinsi Sulawesi Utara. Semoga dengan terbukanya pasar ekspor baru ke Jepang ini dapat bermanfaat untuk masyarakat Sulawesi Utara,” kata Olly Dondokambey, Gubernur Provinsi Sulut saat memberikan sambutan pada saat peluncuran Akses Ekspor Langsung atau direct call komoditas pertanian dan perikanan dari Kargo Garuda di Bandara Sam Ratulangi, Manado.
Donni Muksydayan Saragih, Kepala Karantina Pertanian Manado menyampaikan direct ekspor ini dapat terwujud berkat kerjasama semua pihak antara instansi pusat seperti Bea Cukai, BKIPM, Karantina Pertanian, BUMN, Pemprov Sulut dan Pelaku usaha.
“Peluang besar bagi petani dan pelaku usaha di Sulut untuk memacu kinerja ekspor khususnya untuk tujuan Jepang terutama untuk produk Hortikultura dan Tanaman Pangan. Di mana selama ini ekspor didominasi sektor perkebunan,” tambahnya.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil memberikan sambutan melalui video conference menyampaikan persyaratan ekspor ke Jepang sesungguhnya cukup berat dibanding negara lain. “Pada kesempatan ini di tengah pandemi Covid-19, kita dari Indonesia bersama-sama mampu melakukan ekspor langsung tentunya kita patut berbahagia,” imbuh Jamil.
Jamil menambahkan melalui pintu pengeluaran lain ekspor pertanian ke Jepang sudah cukup banyak, saat ini nilainya mencapai Rp4 triliun lebih. Dan kini bersiap produk pertanian dan perkebunan dari Sulut seperti labu, sereh wangi, kunyit kencur, lengkuas, daun pandan, vanili, bunga pala, dan lada biji untuk menembus pasar Jepang secara langsung.
“Sesuai arahan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) bahwa di masa pandemi ini sektor pertanian harus mampu menjadi penopang ekonomi, dan dengan terobosan yang dilakukan Sulut saat ini merupakan langkah nyata yang patut diapresiasi,” ujar Jamil.
Sebelum adanya penerbangan langsung (direct call) ke Jepang komoditas pertanian asal Sulut harus melalui Bandara Soekarno Hatta di Banten dan Bandara Ngurah Rai di Bali yang membutuhkan waktu sekitar 24-30 jam (termasuk waktu transit) agar barang tersebut sampai ke Jepang.
Kondisi demikian tentunya tidak efisien dan juga pada berdampak pada biaya logistik yang tinggi karena waktu tempuh yang lama, kualitas barang menurun akibat lama waktu perjalanan, seringnya pembatalan ekspor yang diakibatkan tidak mendapat slot kargo maskapai penerbangan.
Adanya penerbangan langsung ini waktu perjalanan menjadi singkat dan efisien, secara letak geografis Bandara Sam Ratulangi jauh lebih dekat dengan Jepang (hanya 5,5-6 jam).
Harapan serupa juga disampaikan Dirjen Bea Cukai melalui Vidcom dan Kapus Pengendalian Mutu BKIPM bahwa terobosan seperti di Sulut ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional.
Sebagai informasi turut hadir Wagub Steven Kandouw dan Sekprov Edwin Silangen, DPRD, Kapus BKIPM, Kakanwil Bea Cukai, Kepala BI Sulut, Imigrasi, PT Angkasa Pura, dan Maskapai Garuda dan Pelaku Usaha. (RTG)