Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Pembelajaran secara luar jaringan (luring) terus dilakukan di Kabupaten Minahasa Tengggara (Mitra) di samping pembelajaran secara dalam jaringan (daring). Jadi pembelajaran luring ini adalah alternatif lain bagi sekolah2 yg belum bisa melakukan belajar dengan sistem daring.
Lalu bagaimana kisah guru di Minahasa Tenggara saat mengajar secara luring? Exposenews.id berkesempatan mewawancarai seorang guru Bahasa Inggris SMP Negeri 7 Tombatu, Frenny Yolanda Taroreh, S.Pd.
Frenny menuturkan di Winorangian, Minahasa Tenggara masih terbentur dengan signal telekomunikasi yang kurang bagus. Selain itu masih ada siswa-siswa yang belum memiliki smartphone.
“Makanya sesuai arahan dari Bapak Bupati James Sumendap untuk melakukan pembelajaran ala anak bangsawan di Minahasa Tenggara, jadi dewan guru mengambil keputusan untuk melakukan pembelajaran sistem luring mulai semester ini dengan selalu mengikuti protokol kesehatan. Siswa diwajibkan memakai masker, guru-guru menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan face shield. Selain itu membawa hand sanitizer,” ungkap perempuan kelahiran Lemoh, 25 Februari 1989.
Di lokasi pembelajaran luring juga disediakan tempat cuci tangan dan sabun. Kata Frenny, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari lima siswa perkelompok.
“Guru-guru akan mengunjungi lokasi luring perkelompok setiap hari. Tantangannya untuk guru memang dituntut fisik harus baik karena setiap hari akan berkunjung di beberapa tempat yang berbeda,” tambah ibu guru yang merupakan lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Unima ini.
Selain itu dari segi pemaparan materi, guru dituntut untuk bisa menyajikan materi pembelajaran yang singkat namun jelas, dikarenakan untuk luring alokasi waktu hanya sekitar 60 menit di masing-masing pelajaran. Positifnya karena pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil, jadi materinya semakin mudah untuk dimengerti karena distraksi dari luar semakin terminimalisir, anak-anak lebih fokus belajar.
“Belajar sistem luring ini juga sangat membantu kesulitan yang selama ini dihadapi orang tua ketika anak-anak hanya belajar daring atau online. Saya sering membaca keluh kesah orang tua yg sudah sibuk bekerja dan di saat bersamaan harus pula mengajar anak-anak mereka di rumah dengan berbagai mata pelajaran,” kata dia.
Namun sebagai guru, dia tetap berharap orang tua terus memantau aktivitas belajar anak ketika sudah pulang di rumah, mengingat anak-anak setiap harinya dibekali tugas yang harus dikerjakan di rumah.
“Sekiranya orang tua menemani anak-anak mengerjakan tugas sebagai bentuk perhatian dari keluarga, karena bagaimanapun pendidikan dari dalam keluarga adalah yang utama,” jelas dia yang hobi membaca buku dan menyanyi tersebut.
Dia berharap pandemi covid segera berlalu karena baik guru dan siswa sudah merindukan suasana sekolah. “Saya tetap berharap dan berdoa agar pandemi ini cepat berlalu karena suasana sekolah sangat dirindukan. Anak-anak bisa bersosialisasi kembali dengan teman-teman,” imbuhnya. (RTG)