Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Gagal dalam Hitungan Jam!

BANGKOK, Exposenews.id – Baru hitungan jam gencatan senjata Thailand-Kamboja yang disepakati Senin (28/7/2025) malam langsung mereka langgar. Kedua negara baru saja berjanji menghentikan pertempuran, tapi nyatanya, peluru masih bersiul di perbatasan!

Militer Thailand langsung menuding pasukan Kamboja sebagai pihak pertama yang melanggar kesepakatan. Padahal, gencatan senjata tanpa syarat ini seharusnya mulai berlaku Selasa (29/7/2025) pukul 00.00 waktu setempat. Faktanya? Pertempuran malah semakin panas!

“Mereka sengaja menghancurkan kepercayaan kami!” tegas Kolonel Winthai Suwaree, juru bicara militer Thailand. Ia mengaku pasukannya terpaksa membalas serangan Kamboja yang terjadi tepat setelah gencatan senjata berlaku.

Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet malah mengklaim situasi sudah mereda. “Semua tenang sejak tengah malam,” tulisnya di Facebook Selasa pagi. Lho, kok beda dengan laporan Thailand? Siapa yang bohong?

Pertemuan Darurat & Rencana Damai di Ujung Tanduk

Kedua negara sebenarnya sudah menjadwalkan pertemuan darurat komandan militer pada Selasa pukul 07.00 pagi. Mereka juga berencana membentuk komite lintas batas di Kamboja pada 4 Agustus. Tapi apa artinya rencana damai jika tembakan masih terus terdengar?

Seorang jurnalis AFP di Kota Samraong melaporkan suara ledakan berhenti 30 menit sebelum tengah malam. Tapi ketenangan itu ibarat “matahari sebelum badai”.

Konflik sejak Kamis pekan lalu telah menewaskan 38 orang dan mengusir 300.000 warga dari rumah mereka. Situasi ini bahkan memaksa Presiden AS Donald Trump turun tangan!

Sengketa Kuil Kuno: Masalah Lama yang Tak Kunjung Usai

Pusat pertikaian berada di perbatasan 800 kilometer yang belum jelas batasnya, terutama di sekitar kuil-kuil kuno. Kedua negara ngotot mengklaim wilayah ini berdasarkan peta zaman penjajahan Prancis tahun 1907.

Ini jadi konflik paling berdarah sejak bentrokan 2008-2011. Dan sekarang, sejarah kelam itu terulang lagi.

Thailand, Kamboja, dan Malaysia sepakat gencatan senjata adalah langkah pertama menuju perdamaian. Tapi apa mereka terlalu percaya diri?

PBB lewat juru bicara Sekjen Antonio Guterres mendesak kedua negara untuk patuh pada janji mereka. Sementara AS dan China turun langsung membantu mediasi, dengan diplomat AS terjun ke lapangan.

PM Malaysia Anwar Ibrahim sebagai Ketua ASEAN memfasilitasi perundingan di Putrajaya. Tapi bisakah kata-kata menghentikan peluru?

Hun Manet berterima kasih pada Donald Trump atas dukungannya. Sementara Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai menekankan pentingnya menepati janji dengan jujurTapi dengan saling tuduh, mungkinkan mereka benar-benar berdamai?

Meski sudah sepakat gencatan senjata, kedua pihak saling lempar tuduhan kejam. Thailand kehilangan 11 tentara dan 14 warga sipil, sementara Kamboja mengaku 5 tentara dan 8 warga sipilnya tewas.

Exit mobile version