PYONGYANG, Exposenews.id – Korea Utara secara tegas mendukung Iran dan menyebut Israel sebagai “kanker” yang menggerogoti perdamaian di Timur Tengah. Pernyataan ini muncul menyusul serangan agresif Israel ke Iran yang telah memasuki hari ketujuh pada Kamis (19/6/2025). Lewat siaran resmi KCNA, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyampaikan keprihatinan mendalam atas serangan militer Israel yang menyasar fasilitas sipil, nuklir, dan energi Iran.
Juru bicara itu menegaskan, “Serangan Israel yang meledak sejak Jumat (13/6/2025) bisa memantik konflik dahsyat di Timur Tengah yang memang sudah seperti bubuk mesiu.” Dia menambahkan dengan tegas, “Israel bagai tumor ganas yang menggerogoti stabilitas kawasan, sementara AS dan sekutu Barat terus memberi dukungan penuh.” Tak hanya itu, Korea Utara juga menuding Israel melakukan terorisme negara yang bisa memicu perang total di Timur Tengah.
Pyongyang secara keras memperingatkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa agar tidak ikut memperkeruh situasi. “Dunia sedang mengawasi ketat langkah AS dan sekutunya yang justru menuangkan bensin ke dalam api perang,” tambah juru bicara tersebut. Peringatan ini muncul di tengah laporan intelijen AS yang mengungkap persiapan Iran untuk meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer Amerika di Timur Tengah jika Washington memutuskan terlibat.
kunjungi laman MPOSAKTI
Menurut sumber intelijen AS yang dikutip New York Times (17/6/2025), Iran telah memobilisasi rudal dan persenjataan lain untuk menghadapi kemungkinan intervensi AS. Kekhawatiran akan meluasnya perang kian menjadi-jadi di kalangan pejabat Washington, terutama setelah Israel mendesak Gedung Putih turun tangan. Sebagai antisipasi, AS diketahui telah mengerahkan sekitar 30 pesawat pengisian bahan bakar ke Eropa. Pesawat ini bisa digunakan untuk mendukung operasi tempur atau memperluas jangkauan serangan ke fasilitas nuklir Iran.
baca juga: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia di ASEAN U23 Championship 2025, simak lengkapnya!
Pernyataan Korea Utara ini bukan kali pertama Pyongyang menunjukkan solidaritas dengan negara-negara anti-AS. Dengan menyebut Israel sebagai “aktor utama perusak perdamaian global”, Korea Utara jelas ingin memperkuat posisinya sebagai penentang hegemoni Barat. Di sisi lain, langkah AS mengirim pasukan tambahan menunjukkan kesiapan mereka menghadapi skenario terburuk, meski risiko perang terbuka dengan Iran bisa berdampak fatal bagi stabilitas global.
Jika konflik Israel-Iran terus meluas, bukan tidak mungkin krisis energi dan gejolak politik akan melanda kawasan maupun dunia internasional. Iran, dengan jaringan milisi di Yaman, Suriah, dan Lebanon, memiliki kemampuan untuk membuka front baru. Sementara AS dan sekutunya harus mempertimbangkan matang sebelum terjun langsung ke medan perang yang bisa berujung pada bencana kemanusiaan.
Dukungan Korea Utara terhadap Iran semakin memperumit dinamika konflik di Timur Tengah. Dengan retorika keras dan kecaman terbuka, Pyongyang seakan ingin menggalang kekuatan anti-AS di kancah global. Sementara itu, dunia menunggu apakah diplomasi masih bisa menghentikan eskalasi atau apakah perang terbuka benar-benar tak terhindarkan.