Profil Jenderal Hossein Salami, Panglima Garda Revolusi Iran yang Gugur dalam Serangan Israel

TEHERAN, Exposenews.id – Dunia dikejutkan oleh kabar gugurnya Panglima Garda Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami, dalam serangan Israel pada Jumat (13/6/2025) dini hari. Serangan tersebut tidak hanya menghancurkan sejumlah fasilitas nuklir dan militer di Teheran, tetapi juga meluluhlantakkan markas besar Garda Revolusi. Di antara korban yang jatuh, nama Hossein Salami mencuat sebagai sosok sentral. Simak profil singkat sang jenderal yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Iran ini.

Awal Karier Militer
Hossein Salami lahir pada 1960 di Golpayegan, Iran. Ketika masih menempuh pendidikan tinggi, dia memutuskan untuk bergabung dengan pasukan paramiliter Garda Revolusi Iran, tepat saat Perang Iran-Irak meletus. Selama bertugas, karir militernya melesat cepat berkat dedikasi dan kecakapannya. Perlahan-lahan, dia menapaki jenjang komando hingga akhirnya dipercaya menjadi wakil komandan Garda Revolusi.

Pada 21 April 2019, Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, mengangkatnya sebagai Panglima Tertinggi Garda Revolusi menggantikan Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari. Sejak saat itu, pengaruhnya kian membesar, menjadikannya salah satu orang terkuat di negeri Mullah tersebut.

Garda Revolusi: Kekuatan Inti Iran
Garda Revolusi Iran (IRGC) bukan sekadar pasukan militer biasa. Mereka berdiri pasca-Revolusi Iran 1979 dan berkembang menjadi tulang punggung pertahanan negara. Selain menguasai pasukan elite, IRGC juga memegang kendali penuh atas rudal balistik Iran serta proyek-proyek strategis lainnya.

Tewas dalam Serangan Mendadak
Media pemerintah Iran, Tasnim, secara tegas mengonfirmasi kematian Salami. “Mayor Jenderal Hossein Salami, pemimpin Korps Garda Revolusi Islam, gugur dalam serangan rezim Zionis ke markas besar kami,” tulis laporan tersebut.

Tak hanya Salami, Israel juga mengklaim berhasil menewaskan sejumlah petinggi militer Iran, termasuk Kepala Staf Militer Mohammad Bagheri dan beberapa ilmuwan nuklir senior. The Times of Israel menyebutkan bahwa Israel sengaja melancarkan serangan ini untuk menghentikan program nuklir Iran yang mereka nilai sangat berbahaya.

baca juga: Israel Serang Iran, Ambisi Damai Trump Kembali Gagal

Iran Berjanji Balas Dendam
Ayatollah Ali Khamenei tak tinggal diam. Pemimpin Tertinggi Iran itu langsung mengeluarkan pernyataan keras melalui IRNA, bersumpah balas dendam atas serangan ini. “Rezim Zionis telah melakukan kejahatan di waktu fajar, dan mereka pasti akan menerima hukuman yang pedih,” tegasnya.

Khamenei juga mengakui bahwa sejumlah komandan dan ilmuwan mereka gugur. Namun, dia menegaskan bahwa pengganti mereka siap melanjutkan misi tanpa jeda. “Nasib pahit telah menanti Israel, dan kami akan memastikan mereka merasakannya,” tambahnya dengan nada mengancam.

Dampak Serangan terhadap Stabilitas Regional
Kematian Salami bukan sekadar kerugian personal bagi Iran, melainkan pukulan berat bagi struktur komando militer mereka. Analis memperkirakan, insiden ini bakal memicu ketegangan lebih besar di Timur Tengah. Iran sering kali tak ragu melancarkan serangan balasan, baik secara langsung maupun lewat kelompok sekutunya di Yaman, Lebanon, dan Suriah.

Sementara itu, Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait operasi ini. Namun, sumber militer mereka menyebut serangan sebagai “tindakan pencegahan” terhadap ancaman nuklir Iran.

Warisan Hossein Salami
Selama memimpin IRGC, Salami dikenal sebagai figur yang keras dan anti-Barat. Di bawah komandonya, Iran memperkuat kemampuan militernya, termasuk pengembangan drone dan rudal balistik. Dia juga kerap mengeluarkan pernyataan provokatif terhadap AS dan Israel, menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah mundur dari perjuangannya.

Kini, dengan kematiannya, dunia menunggu bagaimana Iran akan merespons. Apakah mereka akan melancarkan serangan besar-besaran, atau memilih jalur diplomatik? Satu hal yang pasti: ketegangan antara Teheran dan Tel Aviv telah mencapai titik didih baru.

Apa Selanjutnya?
Dengan situasi yang kian memanas, masyarakat internasional khawatir konflik ini akan memicu perang terbuka. PBB dan negara-negara besar didesak untuk turun tangan meredam eskalasi. Namun, bagi Iran, darah Hossein Salami dan rekan-rekannya mungkin hanya bisa dibayar dengan darah pula.

Exit mobile version