TEHERAN, Exposenews.id – Israel mengguncang Iran dengan serangan mendadak pada Jumat (13/6/2025) dini hari. Mereka menyebut aksi ini sebagai Operasi Kebangkitan Singa (Rising Lion), yang bertujuan menghancurkan jantung program nuklir Iran. Serangan ini tidak hanya menyasar fasilitas nuklir, tetapi juga markas militer di Teheran, termasuk markas besar Garda Revolusi Iran. Tragisnya, Panglima Garda Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami, menjadi salah satu korban tewas dalam serangan ini.
Operasi Kebangkitan Singa: Target Utama adalah Nuklir Iran
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menyatakan bahwa Operasi Kebangkitan Singa dirancang untuk melumpuhkan ancaman eksistensial Iran terhadap Israel. “Operasi ini akan berlanjut selama diperlukan untuk memastikan keamanan Israel,” tegas Netanyahu dalam pernyataannya yang dilansir BBC.
Lebih lanjut, Netanyahu mengungkapkan kekhawatirannya atas langkah-langkah Iran yang semakin agresif dalam pengayaan uranium. “Dalam beberapa bulan terakhir, Iran telah mengambil langkah-langkah ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka bisa memproduksi senjata nuklir dalam hitungan bulan atau kurang dari setahun. Ini ancaman nyata bagi kelangsungan hidup Israel,” paparnya.
Natanz Terbakar: Pusat Pengayaan Uranium Iran Hangus
Sementara itu, CNN melaporkan bahwa fasilitas pengayaan uranium Natanz, lokasi vital program nuklir Iran, dilalap api hebat. Letaknya sekitar 250 kilometer di selatan Teheran, dan menjadi pusat pengembangan teknologi nuklir Iran, termasuk pengayaan uranium menggunakan centrifuge.
Video yang beredar di Press TV menunjukkan kepulan asap hitam membumbung tinggi dari kompleks Natanz. Data NASA mengonfirmasi kebakaran dimulai sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Ini bukan pertama kalinya Natanz mengalami insiden serupa—pada Juli 2020, kebakaran misterius sempat melumpuhkan fasilitas ini dan memicu spekulasi luas tentang sabotase.
baca juga: Jokowi Santai Tanggapi Isu Kapal Berinisial “JKW”: ini detailnya!
Dampak Serangan: Iran dalam Kondisi Darurat
Serangan Israel ini jelas memukul telak Iran. Selain kehilangan Jenderal Salami, Garda Revolusi Iran juga kehilangan sejumlah fasilitas strategis. Pemerintah Iran belum memberikan pernyataan resmi, tetapi situasi di Teheran dilaporkan mencekam.
Analis keamanan memperkirakan Israel menggunakan drone atau serangan cyber untuk melumpuhkan Natanz sebelum melakukan serangan udara. Jika benar, ini menunjukkan tingkat kecanggihan intelijen Israel dalam menembus pertahanan Iran.
Apa Selanjutnya? Konflik Israel-Iran Memanas
Kematian petinggi militer Iran dan hancurnya fasilitas nuklir memicu ketegangan yang semakin panas antara kedua negara. Sejarah membuktikan Iran selalu membalas setiap serangan. Pada tahun 2020, mereka langsung meluncurkan rudal ke pangkalan AS di Irak setelah pasukan Amerika membunuh Jenderal Qasem Soleimani.
Namun, Israel tampaknya sudah siap. Netanyahu menegaskan, “Kami tidak akan membiarkan Iran mengancam masa depan Israel.” Apakah Iran akan langsung membalas, atau bermain strategi jangka panjang? Dunia menunggu jawabannya.
Operasi Kebangkitan Singa adalah Peringatan Keras
Serangan ini bukan sekadar pembalasan, tapi peringatan keras Israel kepada Iran. Dengan menghancurkan Natanz dan menewaskan petinggi militer, Israel mengirim pesan jelas: mereka tidak akan tinggal diam menghadapi ancaman nuklir.
Sekarang, semua mata tertuju pada langkah berikutnya Iran. Apakah mereka akan mengeskalasi konflik, atau justru memilih jalan diplomatik? Satu hal yang pasti: Operasi Kebangkitan Singa telah mengubah peta kekuatan di Timur Tengah.