Diskon Listrik Batal, Warga Protes: “Hanya Prank?”

JAKARTA, Exposenews.id – Langkah pemerintah membatalkan rencana diskon listrik 50% untuk Juni-Juli 2025 bikin warga geram. Padahal, di saat harga sembako makin mahal, program ini sempat jadi harapan buat meringankan beban masyarakat.

“Ini Namanya Gak Konsisten!”

Aditya (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, geram melihat sikap pemerintah yang dianggapnya plin-plan. “Udah diumumin, eh malah dibatalkan. Rakyat kecil terus yang jadi korban,” ucapnya dengan nada kesal saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (3/6/2025).

Ia menegaskan, diskon listrik bisa jadi bukti nyata pemerintah memikirkan rakyat. “Gak perlu muluk 50%, 30% pun kami udah bersyukur. Yang penting ada bukti, bukan sekadar wacana!”

Pelaku UMKM: “Kami Juga Kontribusi ke Negara!”

Erni (35), pemilik usaha laundry di Pancoran, Jakarta Selatan, bahkan lebih frustasi. “Ini bukan cuma soal nominal, tapi kami merasa diabaikan,” keluhnya.

Ia mengungkapkan, biaya listrik yang tinggi nyaris membuat usahanya kolaps. “Pemerintah selalu bilang dukung UMKM, tapi saat kami butuh, malah dilupakan. Padahal kami rajin bayar pajak!”

Paket Stimulus Tanpa Diskon: Rakyat Kecewa Berat

Awalnya, pemerintah sempat menggebu-gebu janjikan diskon listrik 50% dalam paket stimulus ekonomi 5 Juni 2025. Tapi nyatanya, program itu malah hilang dari daftar resmi.

Menanggapi hal ini, Menkeu Sri Mulyani berdalih: “Proses penganggarannya lebih lama, jadi kami prioritaskan program lain yang lebih cepat.” Pemerintah kemudian menggantinya dengan BSU senilai Rp600 ribu untuk pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta.

Sayangnya, langkah ini gak bikin rakyat tenang.

“Diskon 25% pun Kami Terima!”

Rina (40), ibu rumah tangga dari Depok, mengaku BSU memang membantu, tapi tidak menyelesaikan masalah. “Listrik itu kebutuhan dasar. Kalau bisa dikasih keringanan 20-25%, beban kami jauh lebih ringan,” ujarnya sambil menghela napas.

Baca juga: Diskon PLN 50% Khusus Pelanggan 1.300 VA Kebawah, Ini Syaratnya

Kebijakan ini memicu kecurigaan warga. Andi (32), karyawan swasta di Jakarta, menyayangkan kurangnya transparansi pemerintah. “Janji besar tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan memadai. Ini bikin kami bertanya-tanya,” ujarnya skeptis.

Ia mengingatkan, “Kalau terus begini, kepercayaan rakyat bisa luntur perlahan.”

Di tengah kritikan yang mengalir deras, pemerintah hanya menyatakan: “Kami masih mengevaluasi.”

Ekonom Faisal Basri langsung menohok: “Jangan cuma retorika! Rakyat butuh solusi konkret sekarang juga!”

Harapan Warga: Jangan Ulangi Kesalahan

Meski kecewa, Aditya dan Erni masih berharap perubahan. “Jangan cuma pandai berjanji, tapi buktikan dengan aksi nyata,” pinta Aditya.

Sementara Rina berharap: “Semoga pemerintah lebih peka dengan jeritan rakyat kecil yang terus terimpit ekonomi.”

Exit mobile version