Sengketa Tanah SHM 98 Tahun 1978 Gogagoman Kotamobagu, Satgas Harap Utamakan Jalur Damai

banner 120x600

Exposenews.id, KOTAMOBAGU – Kota Kotamobagu dihebohkan dengan sengketa tanah yang melibatkan hubungan persaudaraan antara pelapor Prof. Ing. Mokoginta, dkk dengan terlapor Maxi Mokoginta, dkk. Diketahui sengketa tanah ini
terkait Sertifikat Hak Milik (SHM) 98 Tahun 1978 di Kelurahan Gogagoman, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, yang menjadi sorotan setelah SHM 2567 Tahun 2009 beserta turunannya dibatalkan melalui putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht).

Pembatalan tersebut ditindaklanjuti oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Kotamobagu dan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Utara dengan menerbitkan Surat Keputusan Pembatalan SHM 2567 beserta 12 SHM turunannya pada tahun 2019, menetapkan bahwa kepemilikan sah atas tanah tersebut adalah SHM 98 Tahun 1978 atas nama Prof. Ing. Mokoginta, dkk.

Terkait dengan kasus itu, Satgas Pemberantasan Mafia Tanah Sulawesi Utara angkat bicara. Seperti disampaikan Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Tanah Sulut Rachmad Nugroho yang berharap kedua belah pihak dapat mengutamakan jalur damai dan kekeluargaan guna menghindari konflik berkepanjangan yang dapat merusak hubungan keluarga.

“Menghadapi sengketa ini, kami berharap agar baik pihak pelapor maupun pihak terlapor dapat duduk bersama dan mencari solusi penyelesaian yang menguntungkan semua pihak. Mengingat mereka memiliki hubungan kekeluargaan sehingga penyelesaian secara kekeluargaan akan jauh lebih baik dibandingkan melanjutkan konflik,” sebut Rachmad, hari ini.

Di tengah upaya untuk mendorong perdamaian, pihak berwenang juga telah menetapkan seorang mantan pegawai BPN Kota Kotamobagu berinisial MCW sebagai tersangka oleh penyidik Bareskrim Polri. Penetapan tersangka ini terkait dengan dugaan pelanggaran dalam penerbitan sertipikat yang yang telah dibatalkan pada tahun 2019.

Pihak-pihak terkait mengharapkan agar proses hukum yang berjalan tidak menghalangi upaya penyelesaian sengketa secara damai. “Kami mendorong pihak pelapor dan terlapor agar fokus mencari solusi yang adil dan menguntungkan semua pihak. Perdamaian akan menjadi langkah terbaik bagi mereka untuk menyelesaikan masalah ini tanpa harus terus berkutat dalam konflik hukum yang panjang,” tambah Rachmad Nugroho

Sementara, Koordinator Serdadu Anti Mafia Tanah Sulawesi Utara, Risat Sanger menyerukan Tokoh Agama, Tokoh Adat, Pemerintah setempat dan seluruh lapisan masyarakat dapat ikut mendorong penyelesaian damai ini dan menjaga keharmonisan hubungan sosial di antara para keluarga yang terlibat untuk mengakhiri sengketa yang telah berjalan hampir 7 tahun.

(RTG)