Pengangguran di Sulut Mencapai 81.120 Orang

Kepala BPS Sulut Asim Saputra.

Exposenews.id, Manado – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) mencatat penduduk usia kerja di Sulut pada Februari 2023 sebanyak 2,07 juta orang. Jumlah itu naik 21,76 ribu orang dibanding Februari 2022. Sebagian besar penduduk usia kerja merupakan angkatan kerja yaitu 1,31 juta orang, sisanya termasuk bukan angkatan kerja sebesar 759,66 ribu orang.

Komposisi angkatan kerja pada Februari 2023 terdiri dari 1,23 juta orang penduduk yang bekerja dan 81,12 ribu orang pengangguran. Apabila dibandingkan Februari 2022, terjadi
peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 41,31 ribu orang.

“Penduduk bekerja mengalami peningkatan sebanyak 42,78 ribu orang dan pengangguran menurun sebanyak 1,45 ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja diiringi dengan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah persentase banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk usia kerja,” kata Kepala BPS Sulut, Asim Saputra, Sabtu (6/5/2023).

Pada Februari 2023, TPAK tercatat sebesar 63,31 persen, naik 1,34 persen poin dibandingkan Februari 2022. Berdasarkan jenis kelamin, TPAK laki-laki sebesar 80,57 persen, lebih tinggi dibanding TPAK perempuan yang sebesar 45,31 persen.

“Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat diskrepansi antara TPAK laki-laki dan perempuan. Apabila dibandingkan dengan Februari 2022, baik TPAK laki-laki maupun TPAK perempuan mengalami peningkatan,” kata Asim.

Berdasarkan hasil Sakernas Februari 2023, struktur penduduk bekerja masih didominasi oleh tiga lapangan pekerjaan utama, yaitu Pertanian sebesar 22,03 persen, Perdagangan sebesar 18,60 persen dan Industri Pengolahan sebesar 10,89 persen.

Tiga kategori lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan Februari 2022 adalah Pengangkutan, Pergudangan dan Infokom (24,25 ribu orang); Jasa Kesehatan (16,71 ribu orang); dan Jasa Lainnya (11,81 ribu orang). Sementara tiga lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan terbesar adalah Pertanian (20,44 ribu
orang); Industri Pengolahan (11,49 ribu orang); dan Jasa Pendidikan (7,45 ribu orang).

“Berdasarkan status pekerjaan utamanya, penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai pada Februari 2023 masih mendominasi komposisi tenaga kerja di Sulawesi Utara yaitu sebesar 38,52 persen, diikuti oleh berusaha sendiri (31,37 persen), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap (9,27 persen),” jelasnya.

Dibandingkan Februari 2022, penurunan terjadi pada status berusaha dibantu buruh tidak tetap, status pekerja bebas pertanian, status pekerja bebas non pertanian dan pekerja keluarga/tidak dibayar masing-masing sebesar 2,16 persen poin, 0,71
persen poin, 1,43 persen poin, dan 0,59 persen poin. Apabila dibandingkan Februari 2021, status pekerjaan yang mengalami penurunan tertinggi yaitu berusaha dibantu buruh tidak tetap (2,46 persen poin).

“Berdasarkan status pekerjaan utama tersebut, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi kegiatan formal dan informal. Penduduk yang bekerja di kegiatan formal mencakup mereka yang berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya dikategorikan sebagai kegiatan informal (berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tak dibayar),” imbuh dia.

Pada Februari 2023, penduduk yang bekerja di kegiatan informal sebanyak 727,28 ribu orang (59,14 persen), sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 502,58 ribu orang (40,86 persen). Penduduk bekerja di kegiatan informal pada Februari 2023 turun sebesar 3,74 persen poin jika dibandingkan Februari 2022, dan turun sebesar 3,68 persen poin jika dibandingkan dengan Februari 2021.

Saat ini, sebanyak 31,07 persen penduduk bekerja di Sulawesi Utara berpendidikan SD ke bawah pada Februari 2023. Sedangkan tenaga kerja yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebesar 13,48 persen. Kontribusi penduduk bekerja menurut pendidikan masih menunjukkan pola yang sama baik pada Februari 2022 maupun Februari 2021.

“Dibandingkan dengan Februari 2022, kontribusi pendidikan pada penduduk bekerja mengalami penurunan pada pendidikan SD ke bawah (0,22 persen poin) dan Perguruan Tinggi (1,82 persen poin). Peningkatan tertinggi persentase penduduk bekerja berada pada jenjang pendidikan SMA, yaitu naik sebesar 1,36 persen poin. Sementara apabila dibandingkan Februari 2021, kontribusi pendidikan pada penduduk bekerja mengalami kenaikan hanya pada jenjang
pendidikan SMA, yaitu sebesar 3,20 persen poin. Penurunan terbesar persentase penduduk bekerja berada pada jenjang pendidikan SMP, yaitu turun sebesar 1,52 persen poin,” katanya lagi.

Di Sulawesi Utara, sebagian besar penduduk bekerja adalah sebagai pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu) yaitu sebesar 68,06 persen pada Februari 2023. Sedangkan sebanyak 31,94 persen merupakan pekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu). Pekerja tidak penuh dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu setengah penganggur dan pekerja paruh waktu, masing-masing sebesar 5,51 persen dan 26,42 persen.

Pekerja tidak penuh mengalami peningkatan, baik jika dibandingkan Februari 2022 maupun Februari 2021, masing-masing mengalami peningkatan sebesar 1,58 persen poin dan 1,74 persen poin.

(RTG)

 

Exit mobile version