Exposenews.id, Manado – Firman Tuhan hari ini diambil dalam Lukas 6:42 yang berkata Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, ada sebuah ungkapan yang mengatakan “kita dapat dengan mudah menjadi bijak bagi orang lain, tetapi sangat sulit bagi diri sendiri”. Arti ungkapan “menjadi bijak bagi orang lain” adalah membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dan memberi nasihat.
Namun pertolongan dan nasihat terkadang baik bagi orang lain tetapi tidak bagi diri sendiri. Karena motivasinya supaya dianggap sebagai orang baik. Atau karena ada kepentingan tertentu.
Yesus Kristus mengajarkan tentang sikap hidup yang harus dimiliki murid-murid-Nya, yakni jangan hanya mau dan pandai mencari-cari kesalahan dan keburukan orang lain tetapi mengabaikan kebaikan dan kebenarannya. Sikap mencari-cari kesalahan dan hanya memperhatikan keburukan orang lain disebabkan oleh iri hati, dengki, cemburu dan dendam. Kita tidak mau melihat orang lain lebih berhasil dan sukses.
Yesus Kristus mengatakan: “Hai orang munafik! Keluarkan dahulu balok kayu itu dari matamu sendiri. Sesudah itu, kamu dapat melihat dengan jelas untuk mengeluarkan serbuk kayu dari mata saudaramu.” Artinya kelemahan dan keterbatasan kita sering menutup mata jasmani dan rohani melihat kelebihan dan kebaikan orang lain serta mau belajar darinya. Dengan melihat kekurangan diri sendiri dan merubahnya, maka pengikut Yesus Kristus dapat menasihati dan merubah kehidupan orang lain.
Rasul Paulus mengatakan membaharui diri harus dimulai dengan perubahan akal budi yaitu cara pandang dan paradigma berpikir. “berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.” (Rom. 12:2).
Dengan mengubah paradigma berpikir dan cara pandang melihat dan memperlakukan sesama dengan cinta kasih, maka tidak akan ada lagi perilaku yang dengan gampang menghakimi, mendiskreditkan, membuli, melecehkan dan memanfaatkan kelemahan serta keterbatasan sesama. Melainkan mengembangkan sikap hidup yang saling menolong, menghormati dan menghargai satu dengan yang lain.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, pengajaran Yesus Kristus tentang mengasihi sesama, berarti juga mengasihi diri sendiri (Matius 22:39) memberikan motivasi bagi setiap anggota keluarga Kristen untuk saling mengasihi satu dengan yang lain dimulai dari dalam keluarga.
Dampak dari hubungan yang baik di antara anggota keluarga akan terasa dalam hubungan dengan orang lain, yakni terbangunnya sikap hidup yang saling menolong, menghargai dan menghormati. Memandang sesama dengan penuh cinta kasih serta dan menjauhkan diri dari iri hati, dengki, cemburu, kebencian dan amarah.
Keluarga Kristen seharusnya menjadi contoh yang baik memancarkan dan menyebarkan cinta kasih Yesus Kristus di manapun pergi dan berada. Tuhan Yesus memberkati saudara. Amin.
(Dikutip dari Renungan Harian Keluarga)