Exposenews.id, Manado – Kenaikan harga minyak goreng di sentra perdagangan Kota Manado diperkirakan akan berpengaruh pada inflasi Manado. Namun Bank Indonesia Sulawesi Utara menepis perkiraan tersebut.
Kepala Bank Indonesia (BI) Sulut Arbonas Hutabarat menyebutkan kenaikan harga minyak goreng tidak akan berdampak besar pada inflasi karena bobotnya yang kecil.
“Bobotnya dalam perhitungan inflasi kecil, sehingga dampaknya tidak akan banyak berpengaruh,” kata Arbonas, Sabtu (26/3/2022).
Arbonas mensyukuri terjaga dan terkendalinya tingkat inflasi hingga awal tahun ini. Namun harus diakui tekanan inflasi global sudah mulai berdampak pada harga bahan pokok di dalam negeri, seperti harga minyak goreng.
Dia menjelaskan kenaikan harga komoditas crude palm oil (CPO) menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah, karena terganggunya rantai pasok CPO di dunia bisa berdampak pada harga komoditas di dalam negeri, sehingga bisa menyebabkan kenaikan harga makanan di tanah air termasuk Sulut.
BI berupaya membantu inflasi Sulut pada tahun 2022 terus berada pada rentan sasaran tiga persen plus minus satu persen.
“Langkah-langkah strategis tetap perlu dilakukan untuk mempertahankan inflasi di Sulut tetap pada rentang sasaran 3,0±1 persen (yoy) tahun ini,” Arbonas menjelaskan.
Dia mengatakan sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait perlu ditingkatkan untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis seperti bawang rica atau cabai, tomat (Barito) dan komoditas perikanan, melalui kerangka kerja sama daerah (KAD).
Dia mengatakan monitoring produksi dan pergerakan harga komoditas perikanan dari pedagang eceran hingga tingkat pelelangan perlu dilakukan untuk memahami rantai nilai pembentukan harga di pasar.
Dengan memahami rantai nilai tersebut, katanya, kebijakan pengendalian yang optimal dapat diberlakukan dengan tujuan pengendalian harga dan menjaga kesejahteraan masyarakat.
(RTG)
