Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Bagi sebagian masyarakat Sulawesi Utara, kenal dengan influencer yang satu ini. Pria satu ini akrab dipanggil dengan nama Didi Roa.
Didi Roa, yang zaman now ini dikenal dengan konten instagramnya yang spontan dan pedas mengkritisi keadaan sehari-hari. Contohnya saat dia membalas cerita seorang petugas tower, kemudian soal corona diubah menjadi ci rona, dan masih banyak lainnya. Ide dari diri sendirinya ini ternyata banyak digemari oleh sebagian masyarakat Sulawesi Utara.
“Di instagram itu ide sendiri, semuanya spontan, karena apa yang spontanitas itu nyata. Bermula dari tower, ci rona. Ternyata banyak yang suka, dan bertambahlah follower,” jelas pria yang bernama lengkap Frederiek Lumalente.
Didi Roa pun mengaku menghindari ceplas ceplos soal politik. Dia lebih memilih mengkritisi kehidupan nyata pada sekarang ini. Terkadang kritikannya ini direspon kontra oleh beberapa orang, bahkan tak jarang dia jadi korban bullying.
“Tenang sayang tenang, Didi Roa sudah biasa menghadapi bullying. Cara hadapinya, unfriend, blokir, dan jangan simpan dalam hati,”ujarnya yang pernah menjadi calon anggota DPRD Manado.
Ngomong-ngomong tentang Didi Roa, pria kelahiran Manado 24 Februari 1977 tersebut pernah merasakan pahitnya kehidupan ini. Dia pernah jualan es mambo, dan menjadi karyawan salah satu rumah makan saat masih sekolah.
“Saya sendiri yang ngelamar kerja di rumah makan. Kerjanya jam 7 pagi, jam 12 pergi ke sekolah, karena sekolahnya kan masuk siang,” ungkapnya.
Lulus sekolah, dia berkelana ke Bali dan kembali bekerja di rumah makan. Kurang lebih dua tahun di Bali, Didi memilih merantau ke Jakarta sejak tahun 1998.
“Di Jakarta kerja di production house milik anaknya Tanry Abeng. Tapi sudah sejak di Bali mengenal dunia entertain,” kata dia.
Karena banyak pengalaman, dia sempat menjadi manager di Jakarta. “Namun kepikir juga untuk berusaha di Manado. Makanya saya ke Manado lagi dan mulai usaha roa. Dan saya termasuk pionir usaha roa ini di salah satu mall yang ada di Manado sejak 2008,” ucapnya.
Dari usaha roanya tersebut, mulailah namanya dikenal dengan Didi Roa. Tak hanya itu, segudang prestasi dan kesempatan promosi di luar negeri pun dia dapatkan seiring waktu berjalan.
“2011 pertama kali saya ikut kontes usaha. 2012 masuk 10 besar wirausaha muda pemula tingkat nasional, bersaing dengan 5.000 peserta lain,” tambahnya yang juga pernah didaulat menjadi LOC iven WOC, Sail Bunaken sehingga dinobatkan menjadi 10 LOC terbaik.
Penghargaan dari kementerian Koperasi UKM Wow Indonesia mewakili Sulut pun pernah diraihnya, selain itu dia sempat juga diganjar penghargaan dari Komunitas Pengusaha Internasional dan Nasional (HASH) di tahun 2012.
Talentanya menjadi seorang host juga tak diragukan lagi. KBRI di Singapura pernah memanggilnya untuk jadi host di tahun 2013. Tahun 2015, dirinya menjadi host di Amerika Serikat.
“Puji Tuhan waktu itu jadi host sambil promosi roa di Los Angeles, California, San Diego, Las Vegas, Colorado, Washington DC, New Jersey, dan New Hampshire,” tuturnya.
Di tahun 2016, hal yang sama dilakukannya juga di Melbourne, Australia. Dan di 2018, KBRI Manilla 2018 pun mengundangnya.
Tak ayal satu tahun kemudian dia menerima penghargaan dari deputi bidang pemberdayaan pemuda. Bahkan kini hak paten dari d’Roa dan Didi Roa sudah dikeluarkan dari HAKI.
“Ini semua talenta dari Tuhan, sehingga saya akan melakukannya penuh dengan ungkapan syukur,” tutupnya yang pada awal pandemi covid-19 lalu menjadi saluran berkat bagi sejumlah masyarakat dengan berbagi bahan pokok. (RTG)