banner 120x600

Iran’s Strategi Menuju Gencatan Senjata: Serang Pangkalan AS di Qatar, tapi Beri Peringatan Dulu

DOHA, Exposenews.id – Iran tak main sembunyi-sembunyi ketika meluncurkan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar, Senin (23/6/2025). Serangan ini ternyata bukan sekadar balas dendam atas serangan AS ke fasilitas nuklir mereka dua hari sebelumnya. Para analis dan pejabat justru melihat aksi ini sebagai langkah cerdas Iran untuk menghentikan eskalasi konflik dengan AS sekaligus mempercepat gencatan senjata dengan Israel.

AS Merespons Tenang, Gencatan Senjata Langsung Diumumkan
Presiden AS Donald Trump sama sekali tidak panik. Alih-alih marah, ia malah berterima kasih kepada Iran karena sudah memberi peringatan sebelum menyerang Pangkalan Udara Al Udeid—markas terbesar AS di Timur Tengah. Berkat peringatan itu, tidak ada korban jiwa atau kerusakan parah. Tak lama setelah serangan, Trump langsung mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Serangan Terukur, Jalan Keluar dari Konflik
Neil Quilliam dari Chatham House menyebut serangan Iran sangat terukur. “Ini aksi terbatas yang ditujukan untuk menunjukkan pada rakyat Iran bahwa pemimpin mereka tidak tinggal diam,” jelasnya. Sebelumnya, Iran mengancam bakal memberi “konsekuensi serius” atas keterlibatan AS dalam serangan Israel. Namun, dengan memilih Qatar sebagai target—bukan lokasi lebih sensitif seperti Irak—Iran menunjukkan niatnya untuk membalas tanpa memicu perang besar.

Ali Vaez dari International Crisis Group menyebut serangan ini “simbolis”. “Rudalnya dikalibrasi dan diumumkan sebelumnya, sehingga tidak ada korban. Ini jadi jalan keluar bagi kedua pihak,” paparnya. Qatar sendiri memang mengutuk serangan, tetapi memilih jalur diplomasi dan hukum alih-alih balas menyerang. Perdana Menteri Qatar bahkan langsung menghubungi Iran—atas permintaan AS—untuk mencegah eskalasi.

Qatar Jadi Mediator Kunci
Sebagai negara yang punya hubungan baik dengan Iran, Qatar kembali menjadi jembatan antara Teheran dan Washington. Sumber dekat perundingan mengungkap, Trump sebelumnya memberi tahu Emir Qatar bahwa Israel bersedia gencatan senjata. Setelah itu, Wakil Presiden AS JD Vance berdiskusi dengan PM Qatar, yang akhirnya berhasil meyakinkan Iran untuk setuju.

“Hubungan baik Qatar-Iran menjadi alasan mengapa Iran memilih Al Udeid sebagai target, bukan pangkalan AS lain,” ujar Vaez. Sebelumnya, banyak yang menduga Iran akan menyerang Irak atau negara Teluk lainnya. Tapi pilihan jatuh pada Qatar justru menunjukkan kalkulasi matang. “Qatar seolah rela ‘dihajar’ demi mencegah perang lebih luas,” tambahnya.

baca juga: Gencatan Senjata Iran-Israel: Saling Langgar dan Kemarahan Trump

Sinyal Serangan Sudah Terlihat Sebelumnya
Sebenarnya, tanda-tanda serangan ini sudah terlihat. Sepekan sebelumnya, Bahrain—lokasi Armada Kelima AS—menguji sirene pertahanan sipil. Sementara di Qatar, puluhan pesawat AS tiba-tiba menghilang dari landasan Al Udeid, berdasarkan analisis citra satelit AFP dan Planet Labs.

Menjelang serangan, Kedubes AS di Doha sudah memperingatkan warga agar tidak bepergian. Pemerintah Qatar juga menutup wilayah udara sementara. Quilliam menyimpulkan, meski Qatar mengutuk serangan, mereka juga mengirim pesan tersirat: konflik harus segera diakhiri. “Respons Qatar tidak hanya diplomatis, tapi juga menunjukkan bahwa perdamaian masih mungkin,” tandasnya.

Penutup: Langkah Cerdas atau Permainan Berisiko?
Iran membuktikan bahwa mereka bisa membalas tanpa memicu perang terbuka. Sementara Qatar, sekali lagi, sukses menjadi mediator kunci. AS dan Israel pun mendapat jalan keluar tanpa kehilangan muka. Tapi pertanyaannya, apakah gencatan senjata ini akan bertahan? Atau hanya jeda sebelum konflik berikutnya? Semua tergantung pada niat baik masing-masing pihak.