banner 120x600

Iran Geram Usai Serangan AS, Bahrain Bisa Jadi Sasaran Balasan

Exposenews.id – Iran meluapkan kemarahan setelah Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara yang menghantam tiga situs nuklirnya pada Minggu (22/6/2025) dini hari. Pemerintah Iran bersumpah akan memberikan “konsekuensi abadi” atas aksi AS tersebut. Namun, di balik pernyataan tegas itu, para petinggi intelijen dan keamanan Iran justru menghadapi dilema besar.

Mereka saat ini mempertimbangkan dua opsi utama: membalas serangan ke kepentingan AS atau menerima ajakan negosiasi dari Presiden AS Donald Trump. Masalahnya, pemerintah Iran menolak negosiasi karena menganggapnya sebagai bentuk penyerahan—AS secara terang-terangan memaksa mereka menghentikan seluruh program pengayaan uranium.Situasi ini memicu perdebatan sengit di internal pemerintah. Banyak pejabat tinggi juga khawatir menjadi target serangan presisi berikutnya, baik dari AS maupun Israel. Bahkan, sejumlah pihak mencurigai adanya pengkhianatan di antara mereka.

Menurut laporan BBC (22/6/2025), setidaknya ada enam langkah strategis yang sedang dikaji Iran. Setiap opsi memiliki risiko tinggi, termasuk ancaman bagi kelangsungan rezim Republik Islam Iran.

1. Serang Pangkalan Militer AS di Bahrain

Intelijen Iran telah mengumpulkan daftar sekitar 20 pangkalan militer AS di Timur Tengah sebagai target potensial serangan balasan. Salah satu target paling dekat dan strategis adalah markas Armada Kelima AS di Mina Salman, Bahrain. Namun, menyerang negara tetangga di Teluk Arab berisiko memicu konflik diplomatik yang rumit.

Karena itu, Iran kemungkinan akan mengandalkan kelompok proksi di Irak dan Suriah untuk menyerang pangkalan AS yang lebih terisolir, seperti At-Tanf, Ain Al-Asad, atau Erbil. Iran sudah berpengalaman dalam operasi semacam ini.

2. Hantam Kapal Perang AS

Opsi lain adalah menyerang kekuatan laut AS. Ketika drone AS menghabisi Qassim Suleimani, pemimpin Pasukan Quds, pada 2020, Iran langsung meluncurkan rudal balasan ke pangkalan AS di Irak. Namun, serangan itu tidak menimbulkan korban karena ada peringatan sebelumnya. Kali ini, Iran mungkin akan bertindak lebih diam-diam.

Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran sedang mempertimbangkan skenario serangan terkoordinasi dengan mengerahkan drone dan kapal cepat bersenjata—taktik yang mereka latih secara intens selama bertahun-tahun. Selain itu, Iran bisa meminta sekutunya, kelompok Houthi di Yaman, untuk kembali mengganggu kapal-kapal Barat di Laut Merah dan Samudera Hindia.

3. Tutup Selat Hormuz

Selat Hormuz adalah jalur vital yang dilalui 20% pasokan minyak dunia. Iran bisa memblokir selat ini dengan menebar ranjau laut, langkah yang berpotensi memicu krisis ekonomi global. Namun, aksi ini akan membuat negara-negara Teluk Arab marah, termasuk yang baru saja membuka hubungan lebih baik dengan Iran.

4. Luncurkan Serangan Siber

Iran dikenal memiliki kemampuan siber ofensif setara Rusia, Korea Utara, dan China. Menyusupkan malware ke sistem jaringan AS bisa menjadi cara balas dendam tanpa konfrontasi fisik, tapi tetap berdampak besar.

5. Tunggu Momentum Tepat

Alih-alih langsung menyerang, Iran mungkin memilih strategi menunggu hingga kewaspadaan AS mereda. Dengan begitu, mereka bisa melancarkan serangan mendadak saat pangkalan AS tidak lagi siaga tinggi. Target potensialnya mencakup fasilitas diplomatik, bisnis, bahkan pembunuhan tokoh tertentu. Namun, risiko pembalasan AS tetap ada.

6. Jalur Diplomasi

Opsi terakhir adalah kembali ke meja perundingan. Menteri Luar Negeri Iran menyatakan bahwa negaranya tidak pernah menolak dialog, justru AS dan Israel yang dinilai menggagalkannya. Namun, negosiasi hanya mungkin jika Iran bersedia mengirim semua uranium hasil pengayaan ke luar negeri.

Jika Iran tidak merespons serangan ini sama sekali, rezim berisiko dianggap lemah di mata rakyatnya. Saat ini, semua mata tertuju pada keputusan Tehran—apakah mereka akan memilih jalan damai atau konfrontasi.

Apa yang Akan Iran Pilih?
Dengan enam opsi di atas, langkah Iran akan sangat menentukan stabilitas kawasan. Apapun keputusannya, dampaknya bakal dirasakan secara global. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya!