Exposenews.id, MANADO – Kota Manado mengalami hat-trick deflasi sebanyak tiga bulan berturut-turut sejak Juli hingga September 2024. Adapun rincian angka deflasinya yakni 0,05% pada Juli 2024, 0,13% di Agustus, dan 0,07% di September kemarin.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Andry Prasmuko menjelaskan ditinjau berdasarkan kelompoknya, deflasi di Kota Manado secara umum didorong oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang memiliki peranan cukup signifikan dalam konsumsi masyarakat Kota Manado. Andil deflasi kelompok ini mencapai 0,12%, 0,07%, dan 0,25%.
Kelompok Pakaian dan Alas Kaki juga menunjukkan deflasi pada periode Agustus dan September dengan andil deflasi mencapai 0,04% dan 0,07% secara berturut-turut. Kelompok lainnya yang turut memberikan andil deflasi adalah Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga yang pada periode Agustus dan September dengan andil deflasi mencapai 0,01% dan 0,02% secara berturut-turut.
“Deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau terutama disumbangkan oleh komoditas pangan seiring dengan peningkatan pasokan di tengah permintaan yang terjaga. Sedangkan deflasi pada Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga dan Kelompok Pakaian dan Alas Kaki seiring dengan pola seasonal berlalunya periode HBKN dan periode tahun ajaran baru,” kata Andry kepada Exposenews.id melalui whatsapp, hari ini.

Dijelaskan Andry bahwa deflasi Manado didorong dua komoditas pangan yaitu tomat dan beras. Dari sisi komoditas tomat, panen yang masih berlangsung baik di dalam (Kec. Langowan, Minahasa) maupun luar Sulut (Prov. Sulawesi Tengah) di tengah permintaan yang relatif tetap telah mendorong harga tomat turun.
Selain itu, panen beras yang sedang terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kota Kotamobagu disertai dengan peningkatan pasokan beras dari Provinsi Sulawesi Tengah juga turut memberikan andil deflasi di Manado. “Komoditas strategis lainnya seperti daging ayam ras juga mengalami peningkatan seiring dengan panen yang terjadi di Kota Kotamobagu,” Andry menambahkan.
Menurut Andry, terkendalinya harga di Kota Manado merupakan hasil dari berbagai upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulut dan Kabupaten Kota se-Sulut selama 2024 dalam menjaga angka inflasi tetap pada rentang yang diharapkan juga turut mendorong deflasi. Rangkaian Gerakan Pangan Murah (GPM) dan Operasi Pasar yang dilakukan oleh TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sulawesi Utara untuk memberikan keterjangkauan harga bagi masyarakat Sulut.
“TPID Kabupaten Kota se-Sulut juga telah melakukan penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) kepada Kelompok Penerima Manfaat (KPM) juga mampu menjaga pasokan,” pungkasnya.
(RTG)