TEHERAN, Exposnews.id – Ketegangan antara Israel dan Iran kembali memicu kekhawatiran global. Kali ini, ancaman Iran menutup Selat Hormuz—jalur perdagangan minyak paling vital di dunia—menjadi sorotan. Bayangkan, sekitar 20% minyak mentah global harus melewati selat sempit ini setiap hari!
Iran Pamer Kekuatan, Dunia Waspada
Awal tahun ini, Komandan Angkatan Laut Garda Revolusi Iran, Alireza Tangsiri, dengan percaya diri mengklaim, “Kami punya kemampuan menutup Selat Hormuz.” Pernyataan ini bukan omong kosong. Mantan kepala intelijen Inggris MI6, Sir Alex Younger, memperingatkan, “Penutupan Selat Hormuz akan jadi bencana ekonomi, terutama bagi harga minyak global.”
kunjungi laman MPOSAKTI
Selat Hormuz: Jalur Hidup Perekonomian Dunia
Data Lembaga Informasi Energi AS (EIA) mencatat, 20 juta barel minyak melintasi Selat Hormuz setiap hari pada paruh pertama 2023. Nilainya? Hampir Rp 9.000 triliun per tahun! Jika Iran benar-benar memblokade selat ini, pengiriman minyak global bakal terlambat, dan harga minyak bisa melonjak drastis.
Tapi, ancaman terbesar bukan hanya soal ekonomi. Konflik Iran-Israel bisa merembet ke negara lain, termasuk AS, yang sangat bergantung pada impor minyak dari Teluk Persia.
Mengapa Selat Hormuz Sangat Strategis?
Selat ini hanya selebar 40 km di titik tersempitnya, diapit oleh Iran dan Oman. Meski sempit, kedalamannya memungkinkan kapal tanker raksasa melintas. Peta navigasi menunjukkan jalur khusus untuk kapal pengangkut minyak, yang harus melewati pulau Greater dan Lesser Tunb—wilayah sengketa Iran dan negara Arab.
Sejarah membuktikan, Selat Hormuz pernah jadi medan perang saat konflik Iran-Irak (1980-1988). Saat itu, Iran gagal menutup selat sepenuhnya, tapi berhasil memicu kenaikan biaya asuransi kapal dan kemacetan lalu lintas maritim.
baca juga: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia di ASEAN U23 Championship 2025, simak lengkapnya!
Bagaimana Iran Bisa Menutup Selat Hormuz?
Laporan Layanan Penelitian Kongres AS (2012) memprediksi, Iran akan menggunakan strategi bertahap:
Mengumumkan larangan navigasi tanpa ancaman langsung.
Mengancam pemeriksaan atau penyitaan kapal.
Menembakkan peringatan ke kapal yang melintas.
Menargetkan kapal tertentu dengan rudal atau kapal selam.
Menebar ranjau laut di sekitar selat.
Dulu, Iran pernah menggunakan rudal Silkworm dan ranjau laut untuk mengganggu kapal tanker. Salah satu ranjau mereka bahkan menghantam kapal perang AS, USS Samuel B Roberts, yang memicu serangan balasan Amerika.
AS dan Sekutu Siap Hadapi Blokade
Meski Iran punya kemampuan mengganggu Selat Hormuz, banyak analis yakin AS dan sekutunya bisa membuka kembali selat dengan operasi militer cepat. Namun, risiko konflik yang meluas tetap tinggi.
Negara-Negara Besar Tak Akan Diam
AS, Inggris, dan sekutu Teluk sudah berulang kali menyatakan, mereka tak akan membiarkan Iran memblokade pasokan energi global. Jika Iran nekat, dunia siap bereaksi—entah melalui tekanan diplomatik atau tindakan militer.
Iran memang punya senjata strategis: posisi geografis Selat Hormuz. Namun, blokade total sulit dipertahankan dalam jangka panjang. Yang pasti, ketegangan ini harus diselesaikan secara diplomatik sebelum ekonomi global terguncang!