Bawang Merah Pendorong Terbesar Inflasi Manado, BI Ungkap Penyebabnya

Kepala KPw BI Sulut Arbonas Hutabarat. Istimewa.
banner 120x600

Exposenews.id, Manado – Tekanan inflasi Sulut yang meningkat signifikan pada periode April 2022 mengalami perlambatan pada Mei 2022. Ini tercermin dari peningkatan IHK Kota Manado yang relatif terbatas sebesar 0,18 persen (mtm), dan deflasi di Kotamobagu sebesar -0,21% (mtm).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat menuturkan sama seperti periode bulan sebelumnya, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Transportasi masih menjadi faktor utama pemberi andil inflasi di Manado. Komoditas bawang merah, tomat, dan minuman ringan merupakan tiga komoditas utama yang mendorong inflasi Manado dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

“Peningkatan harga bawang merah terjadi secara nasional akibat minimnya pasokan dan belum pulihnya distribusi pasca Idul Fitri 2022. Apabila dibandingkan dengan daerah lain di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), harga bawang merah di Papua Barat, Gorontalo, Maluku Utara dan Sulawesi Tengah cenderung lebih tinggi,” kata Arbonas dalam keterangan resminya, Jumat (3/6/2022).

Disampaikan Arbonas bahwa kenaikan harga bawang merah merupakan tantangan untuk mengendalikan inflasi komoditas ini, karena pasokan bawang merah di Sulut masih bergantung pada pasokan dari daerah lain seperti Enrekang (Sulsel) dan Bima (NTB). Sehingga, tingginya harga di wilayah sekitar Sulut berpotensi untuk mendorong daerah sentra produksi tersebut menjual hasil produksinya ke luar Sulut.

“Hal ini akan berpengaruh pada berkurangnya pasokan di Sulut yang menyebabkan harga meningkat,” terang Arbonas.

Sementara komoditas cabai rawit masih menjadi penahan tekanan inflasi dengan andil deflasi sebesar -0,18% (mtm). Selanjutnya dari Kelompok Transportasi, inflasi masih digerakkan oleh komoditas angkutan udara dengan andil 0,61% (mtm) karena adanya arus balik dari cuti bersama dan libur Lebaran 2022 yang jatuh pada akhir April hingga awal Mei 2022.

“Di sisi lain, Kelompok Pakaian dan Alas Kaki menjadi satu-satunya kelompok yang menahan tekanan inflasi Manado dengan andil deflasi -0,01% (mtm), setelah tercatat inflasi dengan andil 0,06% (mtm) pada periode bulan yang lalu seiring normalisasi permintaan pasca HBKN,” tambahnya.

Berbeda dengan di Kota Manado, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau di Kotamobagu justru mengalami deflasi dengan andil -0,34% (mtm), disusul dengan Kelompok Transportasi yang juga mengalami deflasi dengan andil -0,05% (mtm). Komoditas daun bawang yang menjadi pendorong inflasi utama periode sebelumnya mengalami pembalikan harga dan tercatat deflasi dengan andil 0,22% (mtm).

“Disusul dengan komoditas cakalang diawetkan dengan andil deflasi -0,18% (mtm). Sama halnya dengan di Kota Manado, komoditas cabai rawit juga mengalami deflasi dengan andil -0,12% (mtm). Dari Kelompok Transportasi, tarif kendaraan travel cenderung menurun dan memberikan andil pada deflasi Kota Kotamobagu sebesar -0,05% (mtm),” kata dia lagi.

Penyebabnya adalah menurunnya permintaan setelah sempat meningkat pada bulan sebelumnya menjelang Idul Fitri 2022. Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran di Kotamobagu menahan turunnya tekanan inflasi lebih lanjut dengan tercatat inflasi sebesar 0,13% (mtm). Tingginya harga bahan baku (terigu, telur, dan minyak) diperkirakan menjadi pemicu meningkatnya harga makanan olahan seperti martabak di Kotamobagu.

“Secara tahunan, inflasi Kota Manado tercatat sebesar 2,68% (yoy), dan Kota Kotamobagu sebesar 2,79% (yoy), masih berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 3,35%. Tekanan inflasi Sulut yang diwakili oleh kedua kota tersebut juga berada pada rentang sasaran inflasi nasional yang sebesar 3±1% (yoy),” pungkasnya.

(RTG)