Overview Ekonomi Sulut 2021, BI Perkirakan Tumbuh Hingga 5 Persen

Kepala KPw BI Sulut Arbonas Hutabarat. Foto Ronald Ginting.

Exposenews.id, Manado – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan ekonomi Sulut bertumbuh pada kisaran 4,2 hingga 5 persen tahun ini. Perkiraan ini memperhatikan perkembangan data-data indikator perekonomian terkini yang menunjukkan penguatan.

“Penguatan ini seiring dengan penurunan kasus aktif COVID-19 dan percepatan vaksinasi di Sulawesi Utara,” kata Kepala KPw Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat saat kegiatan Overview Ekonomi Sulut 2021 dan Prospek 2022 di kantor BI Sulut, Rabu (29/12/2021).

Dipaparkan Arbonas bahwa kinerja industri dan pertanian Sulut diperkirakan tetap tumbuh positif sejalan dengan tren positif ekspor komoditas andalan Sulut. Percepatan realisasi belanja modal maupun operasional baik yang bersumber dari APBD maupun APBN juga diperkirakan akan meningkat sesuai dengan pola musimannya dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan perekonomian Sulut.

“Berlanjutnya pemulihan ekonomi Sulut akan ditunjang stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga dan tumbuh positif,” kata Arbonas.

BI mencatat Sampai dengan November 2021 penyaluran kredit yang berlokasi proyek di Sulut tercatat tumbuh 9,94 persen (yoy) dengan kualitas penyaluran kredit yang terjaga dengan rasio NPL sebesar 2,84 persen.

“Kabar baiknya, kredit modal kerja tercatat tumbuh paling tinggi yang mengindikasikan tanda-tanda pulihnya dunia usaha,” tambah Arbonas.

Arbonas bilang berlanjutnya pemulihan perekonomian daerah pada triwulan IV juga ditunjukkan oleh kinerja sektoral yang berada dalam trajektori positif. Produksi minyak nabati Sulut terus melanjutkan tren positif sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan ekspor minyak nabati pada periode Oktober-November 2021. Hal ini juga didukung oleh kenaikan harga CNO sejalan pola musiman dengan masuknya musim dingin di wilayah Eropa dan Amerika.

“Berikutnya yakni kenaikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat mendorong kinerja perdagangan dan transportasi sebagaimana tercermin dari kenaikan rata-rata indeks penjualan riil dan jumlah penumpang angkutan udara. Namun demikian, pengadaan semen di Sulut cenderung mengalami perlambatan dan diperkirakan menahan kinerja lapangan usaha konstruksi,” jelasnya.

Dia tak menampik ekonomi Sulut sempat melambat pada awal triwulan III 2021, karena penyebaran covid varian delta mencapai puncaknya, baik di Indonesia maupun di Sulawesi Utara. Program pembatasan aktivitas diimplementasikan hampir sepanjang triwulan III 2021 untuk mencegah penyebaran Varian Delta juga telah menahan kinerja perekonomian daerah.

“Alhasil, pada triwulan III, perekonomian Sulut hanya tumbuh sebesar 3,15 persen (yoy) sejalan dengan perlambatan realisasi konsumsi dan mobilitas masyarakat. Realisasi anggaran pemerintah pun tidak bisa secepat pada semester I. Demikian pula permintaan negara-negara mitra dagang yang menurun sehingga menyebabkan pertumbuhan ekspor Sulut kembali melambat pada triwulan III,” ungkapnya.

Lanjut dia, memasuki tahun 2022, aktivitas masyarakat masih akan menjadi kunci perbaikan perekonomian daerah. Kenaikan kasus aktif COVID-19 diharapkan tidak terjadi lagi pada 2022.

“Tingkat vaksinasi yang relatif tinggi merupakan modal besar bagi perekonomian Sulut untuk menjaga aktivitas yang mendukung normalisasi konsumsi domestik,” tukasnya mengakhiri.

(RTG)

 

Exit mobile version